Ahad 19 Apr 2015 21:09 WIB

Soal Insentif, BKPM Targetkan Investasi Hijau Tumbuh 20 Persen

Rep: C87/ Red: Djibril Muhammad
Kantor BKPM
Kantor BKPM

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- KADIN meminta pemerintah segera memberikan regulasi dan insentif khusus untuk investasi hijau saat Indonesia menggelar portofolio dan potensinya dalam acara  bertajuk Tropical Landscape Summit A Global Investment Opportunity pada 27-28 April 2015 di Jakarta.

 

Ketua Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim, Shinta W Kamdani mengatakan, dunia usaha menunggu regulasi yang mendukung pembangunan ekonomi hijau dan insentif khusus untuk investasi hijau.

 

“Kami berharap pemerintah memberikan kejutan berupa insentif yang simpel dan konkret saat memaparkan portofolio potensi investasi hijau di Indonesia dalam acara itu,” jelasya dalam siaran pers, Ahad (19/4).

Menurut Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani,  selama ini pemerintah sudah memberikan insentif untuk penanaman modal di berbagai sektor yang berpotensi  menjadi investasi hijau.

"Namun memang belum secara spesifik. Tetapi trend pertumbuhan investasi hijau di Indonesia terus meningkat rata-rata sekitar 20 persen per tahun," kata Franky.

Franky menjelaskan, untuk tujuh kelompok bidang usaha yang berpotensi hijau  yakni pertanian, kehutanan, perikanan, pengusahaan tenaga panas bumi, industri pengolahan, pengadaan listrik, pengolahan sampah dan daur ulang sejak 2010-2014, untuk investasi PMA baru mencapai 26,81 miliar dolar AS dan PMDN Rp 139.173 miliar.

Potensi investasi hijau periode 2010-2014 rata-rata tumbuh sekitar 20 persen per tahun, dan diproyeksikan sampai 2015-2019 akan terus bertumbuh.

Menurut Shinta, investor dalam dan luar negeri memerlukan dukungan regulasi pemerintahan Jokowi-JK.  Sebelum pemerintahan Jokowi-JK, katanya, Kadin sempat membahas secara intens dan bekerja sama dengan Bappenas tentang bagaimana menghimpun dan merealisasikan proyek-proyek pengembangan infrastruktur yang berwawasan lingkungan.

 

Hanya saja, menurut Shinta, saat ini insentif yang diharapkan belum ada.  Sementara tuntutan dunia usaha sudah begitu besar. Kadin juga telah menjajaki kerja sama dengan World Bank dan JICA untuk mengembangkan infrastruktur hijau di Indonesia.

 

Shinta mengatakan, Indonesia memang harus banyak belajar dari pengalaman kota-kota lain di dunia, terutama terkait master planning urbaninvestasi hijau dari berbagai pakar-pakar internasional. "Jadi, perlu diatur insentif apa yang bisa diperoleh oleh para dunia usaha untuk investasi hijau," ujar Shinta.

Oleh karena itu, Franky berharap pertemuan Tropical Landscape Summit tersebut akan terjadi dialog antara dunia usaha dengan pemerintah yang menghasilkan konsensus untuk meningkatkan komitmen terhadap pelaksanaan ekonomi hijau, termasuk mendorong pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan

Selain itu, juga menghasilkan konsensus tentang pendanaan hijau dan menghijaukan sektor keuangan dan ekonomi Indonesia dengan berbagi pengalaman, inisiatif dan gagasan antara sejumlah pelaku di berbagai sektor.

Franky juga menargetkan dari pertemuan internasional yang dihadiri sekitar 500 CEO, NGO, peneliti dalam dan luar negeri, serta instansi pemerintah pusat dan daerah dapat menginventarisasi pembelajaran dari berbagai praktik terbaik (best practice) investasi hijau di dunia untuk dikembangkan di Indonesia. Serta konsensus tentang langkah-langkah yang dibutuhkan untuk memobilisasi sumber daya investasi hijau.

Kegiatan tersebut diselenggarakan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)  bekerja sama dengan Kantor Staf Kepresidenan dan United Nations Office for REDD+ Coordination (UNORCID). Kegiatan itu bertujuan mendorong arus masuk  investasi hijau ke Indonesia, yang  berujung pada  peningkatan kesejahteraan  sosial, sekaligus mengurangi risiko lingkungan secara signifikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement