Selasa 14 Apr 2015 15:03 WIB

Pasar Modal Indonesia Dinilai Siap Hadapi MEA

Karyawan memantau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada layar komputer di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (22/1). (Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Karyawan memantau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada layar komputer di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (22/1). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar modal Indonesia dinilai siap untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan untuk itu telah dipetakan inisiatif dan langkah untuk menuju ke sana, kata salah seorang calon Direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2018, Abiprayadi.

"BEI sebagai sentral penggerak industri pasar modal Indonesia perlu melaksanakan inisiatif yang strategis, taktis, serta memenuhi harapan seluruh pemangku kepentingan guna menghadapi persaingan dalam MEA 2020 dan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ketujuh dunia pada tahun 2030," ujar Abiprayadi yang juga Presiden Direktur PT Mandiri Sekuritas di Jakarta, Selasa (14/4).

Menurut dia, dalam membangun kemapanan ekonomi, Indonesia perlu memperkuat pondasi utama yang salah satunya dimotori pasar modal. BEI memiliki peranan penting untuk memperkuat pasar modal Indonesia sebelum bersaing di kawasan regional dan global. "Kami telah memetakan inisiatif dan langkah yang dibutuhkan BEI," ucapnya.

Ia menambahkan bahwa dalam mempersiapkan Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi di tahun 2030, perlu sektor keuangan yang kuat serta adanya reformasi keuangan total agar Indonesia tidak kehilangan potensi produk domestik bruto 600 miliar dolar AS pada 2030.

"Sebagai salah satu motor penggerak ekonomi, pasar modal dituntut untuk dapat berkontribusi melalui struktur pondasi pasar modal yang kuat, peningkatan infrastruktur, partisipasi pasar yang lebih luas serta likuiditas dan tingkat risiko yang lebih baik," kata Abiprayadi.

Abiprayadi mengaku akan mengajukan diri menjadi Direksi BEI ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama dengan enam figur penting yang sarat pengalaman dan pencapaian di industri pasar modal untuk turut berkontribusi menjadikan BEI sebagai wahana investasi terbaik bagi seluruh lapisan masyarakat.

Menurut Abiprayadi, paket direksi BEI 2015-2018 harus memiliki kualitas, pengalaman dan reputasi di berbagai lini yang dibutuhkan pasar modal khususnya kemampuan dalam "investment banking", "investment management", "self-regulatory organization" (SRO), pengembangan investor ritel, serta kombinasi pengalaman profesional di perusahaan lokal maupun asing.

Calon Direksi BEI yang siap berkolaborasi dalam paket Abiprayadi antara lain, Susanty Wijaya (Direktur PT DBS Vickers Securities Indonesia), Wijaya Subekti (Direkutr PT Maybank Kim Eng Securities), Supandi (Direktur Keuangan & SDM BEI periode 2009-2012).

Selain itu, Nicky Hogan (Presiden Direktur PT Reliance Securities Tbk), Trisnadi Yulrisman (Direktur PT Sarana Multigriya Finansial (Persero)), serta Patricius Sendjojo (Komisaris PT Universal Broker Indonesia).

Dalam jadwal proses pemilihan direksi PT BEI yang dirilis OJK, yakni batas pengajuan calon direksi PT BEI periode 2015-2018 oleh anggota bursa (AB) pada 30 April 2015.

Kemudian, uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) calon direksi BEI oleh OJK digelar mulai tanggal 1 Mei - 3 Juni 2015. Hasil "fit and proper test" akan diumumkan pada 4 Juni 2015.

Jika ada usulan baru bagi calon yang tidak lolos "fit and proper test" oleh OJK, maka anggota bursa dapat mengajukan pada 11 Juni 2015.

Pengumuman calon terpilih akan disampaikan pada 18 Juni 2015. Selanjutnya pengesahan direksi BEI yang baru dilaksanakan saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 25 Juni 2015.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement