REPUBLIKA.CO.ID, TUNISIA -- Tunisia membutuhkan pinjaman dana sebesar 1,3 miliar dolar AS untuk memenuhi target anggaran yang mengalami defisit pada tahun ini. Pinjaman tersebut akan didapatkan dari World Bank sebesar 1 miliar dolar AS dan sisanya dari IMF.
Menteri Keuangan Tunisia Slim Chaker mengatakan, pemerintah sebelumnya telah menargetkan agar dapat mempersempit persentase defisit anggaran mencapai lima persen dari GDP pada 2015 ini. Akan tetapi, angka tersebut sulit dicapai karena adanya tuntutan kenaikan gaji guru dan boikot dari kalangan mahasiswa.
"Kebutuhan kita sebenarnya 5 miliar dinar dan saat ini kami hanya memiliki dana sebesar 2,5 miliar dinar, sehingga sisanya harus meminjam," ujar Chaker dilansir Al Arabiya, Selasa (14/4).
Chaker mengatakan, akibat jatuhnya harga minyak dunia maka Tunisia telah mengalami kerugian sebesar 1,2 miliar dinar. Selain itu, serangan militan islam di Museum Nasional Tunis pada bulan lalu juga menimbulkan risiko adanya penurunan kunjungan wisatawan asing. Padahal, selama ini salah satu sumber pendapatan utama Tunisia adalah melalui jasa pariwisata.
Pemerintah Tunisia berencana untuk menjual saham minoritas di beberapa bank milik pemerintah pada tahun ini. Langkah tersebut dilakukan untuk membantu mengurangi defisit dan menambah anggaran sebesar 670 juta dolar AS.