REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah sedang menyiapkan jurus untuk mendongkrak harga bahan baku karet alam nasional. Saat ini harga karet alam hanya 1,5 dolar AS per kg, jauh dari angka pada 2011 lalu yang sempat tembus 4,61 dolar AS per kg. Salah satu langkah yang akan dilakukan pemerintah adalah optimalisasi penyerapan bahan baku karet alam untuk industri dalam negeri. Salah satunya adalah industri infrastruktur.
Plt Sekjen Kementerian PU dan Perumahan Rakyat Tarif Widjoyono mengungkapkan bahwa pembangunan infrastruktur yang sedang digenjot oleh pemeritahan saat ini bisa menyerap produksi karet alam nasional hingga 80 ribu ton per tahun.
Tarif mengatakan, karet sejatinya bukan material pokok dalam proyek oembangunan. Meski demikian, karet alam bisa menjadi bahan campuran dalam material bangunan. Dalam ilmu teknik, pencampuran karet dalam material bangunan untuk menambah "ductilitas".
"Meskipun bukan satu material yang utama seperti baja dan semen, karet bisa jadi bagian dari pendukung," jelas Tarif, Jumat (10/4).
Untuk mencapai angka serapan 80 ribu ton per tahun, karet alam juga didorong untuk menjadi bahan campuran aspal. Tarif menyebut, dengan dicampurkan karet alam, kualitas aspal bisa lebih bagus karena tingkat melenyapkannya semakin tinggi sehingga jalan tidak mudah rusak.
"Untuk campuran aspal jalan, agar kualitas kekenyalan semakin tinggi. Sehingga bisa lebih tajam air karena pori-pori lebih tertutup," ujarnya.
Selain itu, lanjut Tarif, karet juga bisa digunakan untuk membangun bendungan tiup, yang mampu bekerja sesuai kebutuhan. Karet juga disebut bisa menjadi bahan substitusi baja atau kayu pada pintu air dalam proyek irigasi.