REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Kenaikan harga BBM makin menjepit kehidupan nelayan. Sekretaris HNSI Kabupaten Cilacap Tursiman menyatakan, kenaikan harga BBM yang diberlakukan sejak Sabtu (28/3) lalu, menyebabkan kehidupan nelayan di wilayahnya menjadi makin sulit.
"Kehidupan nelayan saat ini, ibarat sudah jatuh masih tertimpa tangga. Hal ini karena selain ikan hasil tangkapan makin sedikit, biaya operasional akibat naiknya harga BBM juga makin menggerus pendapatan nelayan," jelas Tursiman, Rabu (1/4).
Dia menyebutkan, sejak Februari 2015 lalu, nelayan pantai selatan sebenarnya sedang mengalami masa paceklik. Hal ini karena kondisi cuaca di samudra Hindia sering diwarnai gelombang tinggi dan badai yang beresiko tinggi terhadap keselamatan nelayan.
"Selain itu, musim angin barat yang sedang berlangsung saat ini, juga menyebabkan ikan yang berhasil ditangkap nelayan menjadi sangat sedikit," katanya.
Dengan kondisi tersebut, sebenarnya sudah cukup banyak nelayan Cilacap yang kemudian memilih menambatkan kapalnya dan tidak melakukan kegiatan mencari ikan. Kalau pun ada yang tetap melakukan, biasanya hanya dilakukan nelayan-nelayan dengan kapal kecil dengan mencari ikan di perairan yang tidak terlalu jauh dari garis pantai.
"Ketika BBM masih belum naik, para nelayan masih bisa mengantongi uang Rp 50 ribu dari aktivitas menangkap ikan pada musim seperti sekarang ini. Namun setelah BBM naik, mereka paling hanya bisa membawa uang Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu dalam sekali kegiatan menangkap ikan," jelasnya.
Dengan kondisi seperti itu, kata Tursiman, praktis hampir semua kegiatan penangkapan ikan yang biasa dilakukan nelayan-nelayan dengan perahu kecil berawal 3-4 orang, relatif terhenti. Mereka memilih menambatkan perahunya, karena hasil yang diperoleh sudah tidak memadai lagi.
Para nelayan kecil yang jumlahnya ribuan ini, hanya bisa menunggu musim angin barat berakhir yang biasanya menjadi awal masa panen ikan tangkapan. ''Kalau sudah musim panen, hasil penjualan ikan tangkapan baru bisa menutupi kenaikan biaya operasional akibat kenaikan harga BBM,'' jelasnya.
Saat ini, ikan-ikan yang masih disejumlah TPI di Cilacap, kebanyakan merupakan ikan yang diperoleh dari hasil tangkapan kapal-kapal besar. "Kapal-kapal ini, memang tidak kenal musim karena wilayah penangkapan ikan yang mereka lakukan memang cukup jauh," jelasnya.
Dampak kenaikan harga BBM yang cukup tinggi ini, lebih dirasakan para nelayan yang tinggal di wilayah terpencil seperti di wilayah Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap. Bono (35), seorang nelayan di wilayah itu menyatakan, sejak pemerintah menaikkan harga BBM, maka penghasilannya dari menangkap ikan makin jauh menyusut.
"Nelayan di kampung kami, membeli BBM tidak bisa di SPBU karena lokasi SPBU cukup jauh. Karena itu, harganya juga jauh lebih tinggi. Seperti premium, kalau di SPBU dijual Rp 7.300, di kampung kami naik menjadi Rp 9.500," katanya.
Besarnya biaya pembelian BBM ini, menyebabkan penghasilan yang diperolehnya menurun cukup banyak. "Kalau sebelum kenaikan harga BBM saya bisa dapat uang Rp 40 ribu sampai 50 ribu sehari, sekarang paling hanya dapat Rp 30 ribu," jelasnya. Namun dia mengaku tidak bisa meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan, karena satu-satunya keahlian yang dia miliki hanya menangkap ikan.