Kamis 19 Mar 2015 16:36 WIB

Bosowa Bangun Megaproyek PLTU Jeneponto

Rep: C85/ Red: Satya Festiani
Bosowa Energi Bangun PLTU Jeneponto Tahap II
Bosowa Energi Bangun PLTU Jeneponto Tahap II

REPUBLIKA.CO.ID, JENEPONTO -- Bosowa Corporindo melalui anak perusahaannya Bosowa Energi, meresmikan pembangunan mega proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeneponto, Sulawesi Selatan. PLTU dengan kapasitas 2 x 125 megawatt (mW) menempati lahan yang sama dengan pembangunan PLTU tahap pertama dua tahun lalu.

Dalam acara peresmian mega proyek ini bersama dengan Menteri ESDM Sudirman Said dan Menko Maritim Indroyono Soesilo, Presiden Direktur Bosowa Corporindo, Erwin Aksa mengungkapkan bahwa pembangunan PLTU Jeneponto sekaligus mejadi proyek pembangunan pembangkit listrik pertama untuk memenuhi target penambahan kapasitas listrik nasional sebesar 35 ribu megawatt pada 2019 mendatang.

"Kami patut menyampaikan apresiasi  kepada Kementerian ESDM dan PLN yang sangat responsif terhadap keinginan pemerintah membangun 35.000 MW dengan mempercepat proses perizinan yang dibutuhkan kalangan dunia usaha," jelas Erwin, Kamis (19/3).

PLTU Jeneponto tahap kedua ini merupakan proyek pertama dalam program 35.000 MW yang konstruksi fisiknya langsung dikerjakan mulai ini dengan kontraktor dari China, yaitu ZTPC bekerja sama dengan DNC Engineering dan Wijaya Karya.

"Pembangkit tahap I itu kami bangun hanya dalam waktu 18 bulan dari target 30 bulan. Ini sebuah catatan sejarah dalam pembangunan infrastruktur kelistrikan di Tanah Air. Semoga dengan izin Allah SWT prestasi itu bisa kita raih lagi," ujarnya.

Pemilihan lokasi di Jeneponto sekaligus menjawab tantangan atas melesatnya laju perekonomian di Sulawesi Selatan. Erwin menyebut, perekonomian Sulsel tumbuh selalu di atas kinerja perekonomian nasional. Bahkan tahun ini ditargetkan sekitar 8 persen. Kota Makassar sendiri, pertumbuhan ekonominya rata-rata 9 persen dalam beberapa tahun belakangan ini.

Potensi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, ujar Erwin, masih sangat besar, terutama untuk proses manufacturing, pengolahan sumber daya alam, komoditas primer,  menjadi komoditas olahan bernilai tambah.

"Industrialisasi itu tentu membutuhkan listrik yang memadai, agar Sulsel memiliki daya saing yang tinggi. Bukan saja untuk dipakai masyarakat tetapi juga untuk kebutuhan investasi, proses produksi, sehingga menarik investasi ke daerah ini," lanjut Erwin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement