Rabu 18 Mar 2015 20:15 WIB

Semen Indonesia Pertimbangkan Ekspor

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Satya Festiani
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
Foto: Republika/Amin Madani
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pertimbangan ekspor menjadi bahan perundingan dari perusahaan-perusahaan semen plat merah. Sebab, permintaan semen dalam negeri terus turun dan jauh dari target pertumbuhan penjualan, yaitu sebesar 4 persen.

Direktur Utama PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) Suparni mengatakan, penjualan semen domestik perseroan mengalami penurunan dua persen per Februari 2015 atau hanya 1,922 juta ton. Sementara itu, dari periode yang sama bulan sebelumnya, hanya 1,961 juta ton.

"Sedikit lesu, musim penghujan, jadi penjualan turun. Juga karena belanja infrastruktur pemerintah yang belum dimulai," kata dia di Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Rabu (18/3).

Sementara itu, berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) tercatat, penjualan semen milik pemerintah dari tiga anak perusahaan di dalam negeri, mengalami penurunan sekitar 40 ribu ton lebih pada Februari 2015.

Penurunan paling tajam, dialami PT Semen Padang sebesar 7,4 persen atau 468.768 ton dari periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 506.378 ton. Bahkan, pada dua bulan pertama 2015, penjualan turun 8,7 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Penurunan juga dialami PT Semen Tonasa, yaitu sebesar 4,8 persen dari 422.718 ton menjadi hanya 402.523 ton. Sementara PT Semen Gresik, masih mampu mengukir pertumbuhan meskipun tipis, sebesar 1,8 persen dari 1,032 juta ton menjadi 1,050 juta ton.

Suparni menjelaskan, penurunan tersebut, sejalan dengan serapan semen dalam negeri yang rendah. Sebab, konsumsi semen di Jawa mengalami penurunan 5,4 persen atau menjadi 2,33 juta ton dari periode yang sama tahun lalu, yaitu 2,46 juta ton.

Di Sumatra sendiri, lanjutnya, terjadi penurunan 8,3 persen dari 963.998 ton menjadi 884.133 ton, Kalimantan turun 4,3 persen, Sulawesi turun 8,5 persen, dan Nusa Tenggara turun 8,8 persen. Hanya daerah Maluku dan Papua yang mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,3 persen.

"Trennya begitu, tetapi biasanya di pertengahan tahun sudah mulai tumbuh kembali. Estimasi kami, masih bisa tumbuh empat persen," tutur Suparni.

Namun, dikatakannya, jika permintaan semen dalam negeri terus mengalami kelesuan, Semen Indonesia mempertimbangkan kemungkinan ekspor. Apalagi, lanjut dia, sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara dan Asia Selatan, masih membuka ruang impor.

Di Myanmar misalnya, negara itu masih mengimpor semen 4,8 juta ton, Singapura 4,75 juta ton,  Malaysia 3,60 juta ton, Kamboja 1,89 juta ton, Laos 0,90 juta ton, dan Brunei Darussalam 0,28 juta ton.

Selain itu, di kawasan Asia Selatan, sejumlah negara seperti Sri Langka, Maladewa, dan Bangladesh juga masih membuka ruang impor. "Bulan ini, kita (PT Semen Indonesia) ada ekspor 52.155 ton ke Asia Selatan," jelasnya.

Namun, Suparni memastikan perseroan akan lebih memprioritaskan pasar domestik. Bahkan, pemerintah juga menjanjikan adanya peningkatan pembangunan infrastruktur. Sehingga, ujar dia, kebutuhan semen diperkirakan meningkat.

Sementara itu, Direktur Utama PT Semen Padang Benny Wendry mengungkapkan, perseroan belum memprioritaskan ekspor. "Kami fokuskan dulu pasar domestik. Target kami pengusahaan pasar 45 pasar di Sumatera, dan secara nasional mencapai 12 - 13 persen," ujarnya.

Berdasarkan data, kapasitas produksi Semen Indonesia secara nasional mencapai 29,5 juta ton, yaitu meliputi Semen Padang 7,3 juta ton, Semen Gresik 14,4 juta ton, dan Semen Tonasa 7,8 juta ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement