REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank Indonesia mencatat pelemahan rupiah terhadap dolar AS pada Februari rata-rata 1,38 persen (mtm). Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah berada di level Rp 13.209 per dolar AS pada Selasa (17/3) atau menguat 26 poin dibandingkan Senin (16/3) yang berada di posisi Rp 13.237 per dolar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, terutama didorong oleh terus berlanjutnya penguatan dolar AS terhadap semua mata uang dunia. Selain itu, melemahnya mata uang Euro menyusul kebijakan Quantitative Easing (QE) Bank Sentral Eropa (ECB) semakin meningkatkan tekanan pelemahan mata uang emerging markets, termasuk Indonesia.
“Pada Februari 2015, secara rata-rata rupiah melemah 1,38 persen (mtm) ke level Rp 12.757 per dolar AS. Secara point to point rupiah terdepresiasi 1,99 persen dan ditutup di level Rp 12.925 per dolar AS,” jelas Tirta di Jakarta, Selasa (17/3).
Menurutnya, Bank Indonesia terus meningkatkan langkah stabilisasi nilai tukar Rupiah, termasuk intervensi di pasar valas maupun pembelian SBN di pasar sekunder. Tirta menegaskan, Bank Indonesia akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya.
Dari sisi inflasi, Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat deflasi sebesar 0,36 persen (mtm) atau 6,29 persen (yoy). Penurunan inflasi terutama terutama didorong deflasi pada komponen kelompok volatile food dan administered prices.
Sementara itu, inflasi inti menurun dari Januari sebesar 0,61 persen (mtm) menjadi 0,34 persen (mtm) atau 4,96 persen (yoy). “Penurunan tersebut ditopang oleh harga komoditas global yang menurun, permintaan domestik yang moderat, dan ekspektasi inflasi yang terjaga,” imbuhnya.