Sabtu 14 Mar 2015 21:11 WIB

Waspada Spekulan di Pasar Valas

Rupiah Semakin Melemah: Teller melakukan transaksi dengan nasabah di Banking Hall Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (11/3).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Rupiah Semakin Melemah: Teller melakukan transaksi dengan nasabah di Banking Hall Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Ekonom Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang, Dr Thomas Ola Langoday meminta Bank Indonesia (BI) mewaspadai kemungkinan adanya aksi para spekulan di pasar valuta asing (valas) yang memanfatkan kondisi pelemahan nilai tukar rupiah.

"Kita berharap BI menjaga nilai tukar rupiah agar tetap stabil sehingga tidak dimanfaatkan oleh spekulan di pasar valas karena akan memperburuk kondisi perekonomian," kata Thomas, Sabtu (14/3).

Menurut dia, pelemahan mata uang rupiah yang selama ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor luar negeri seperti kondisi perekonomian terkini di sejumlah negara misalnya di Tiongkok dan AS.

Ia memahami penjelasan Gubernur BI Agus Martowardojo bahwa depresiasi atau pelemahan rupiah terhadap dolar AS merupakan hal yang tidak perlu dikhawatirkan.

"Dolar AS sedang menguat terhadap semua mata uang, dan semua ikut tertekan. Kalau Indonesia dibandingkan dengan negara berkembang lain, seperti Brasil yang kerap dipandang sebagai negara berkembang utama dunia, karena telah mengalami depresiasi lebih parah dari Indonesia," katanya.

Mata uamg Brazil telah mengalami depresiasi mata uang real terhadap dolar AS mencapai 12 persen pada tahun 2014, sedangkan "year to date" sebesar 17 persen.

Gubernur BI merujuk pada Pada tahun 2014 depresiasi rupiah terhadap dolar AS mencapai 1,8 persen, lalu 'year to date' sekitar enam persen.

"Jika dibandingkan ya kita tidak terlalu buruk," kata Agus Martowardojo.

Menurut dia, kondisi secara umum memang tengah terjadi penguatan dari dolar dan ada kecenderungan Fed Fund Rate akan dinaikkan pada Juni 2015.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement