REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai saat ini pemerintah tak perlu kembali melonggarkan kebijakan moneter. Sebab, ia menilai kebijakan moneter di Indonesia saat ini sudah termasuk longgar.
Bahkan, Bank Indonesia sebelumnya juga telah menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 7.5 persen. "Sekarang kan kita sudah termasuk yang longgar, bunga sudah diturunin, macam-macam," kata Kalla di kantor pusat PLN, Jakarta, Kamis (12/3).
Menurut JK, jika pemerintah kembali melonggarkan kebijakan moneternya, maka akan mempengaruhi nilai inflasi sehingga menjadi lebih tinggi. "Ya kalau dilonggarin nanti terus inflasi lagi, lebih bahaya lagi," kata Kalla.
Kalla menambahkan, Indonesia tak perlu mengikuti jejak negara Eropa dan Cina yang menurunkan kebijakan moneternya lantaran berbeda kondisi. "Ya itukan Eropa, kita tidak usah ikut, beda mereka malah krisis, itu hanya untuk Yunan, Jerman sampai Yunani," jelas dia.
JK pun menilai pelemahan rupiah saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal ketimbang internal. Pelemahan nilai rupiah ini disebabkan oleh menguatnya mata uang dollar Amerika.
"Ini kan efek dari luar yang paling banyak, dalam negeri juga tentu ada efeknya terhadap ekspor menurun, nilainya atau harga turun, tapi juga lebih banyak dari luar karena menguatnya dolar, karena Euro juga melemah," terang Kalla.