Rabu 11 Mar 2015 16:14 WIB

Harga Kedelai Impor Naik

Rep: Heri Purwata/Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Kedelai, bahan baku pembuatan tempe.
Foto: dok Republika
Kedelai, bahan baku pembuatan tempe.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Kepala Dinas Perindustrian, Perdangangan dan Koperasi Pemkab Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sulistiyanto mengatakan berdasarkan hasil pantauan di sejumlah pasar tradisional, harga kedelai khususnya kedelai impor merangkak naik. Kenaikan seiring dengan nilai tukar rupiah yang merosot terhadap dolar Amerika Serikat.

 

"Saat ini, harga kedelai per kilogramnya Rp 8.000, sebelumnya hanya Rp 7.000. Perkilogramnya naik Rp 1.000," kata Sulistiyanto kepada wartawan di Bantul, Rabu (11/3).

Menurutnya kenaikan tersebut sebagai dampak terpuruknya rupiah terhadap dolar. Selain itu, ditambah dengan tidak ada masa panen kedelai maka pasokan kedelai lokal sangat terbatas.

"Dua faktor itu yang mendorong kedelai impor merangkak naik," kata Sulistiyanto.

Meski harga kedelai naik namun harga tempe maupun tahu yang bahan utamanya dari kedelai belum ada kenaikan. "Perajin tempe atau tahu belum menaikkan produknya sehingga dapat dipastikan kenaikan harga kedelai belum mereshkan perajin tempe maupun tahu," katanya.

Sementara itu, ditempat terpisah, Kepala Tim  Advisory dan Asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, M Abdul Majid mengingatkan pemerintah agar melakukan langkah antisipatif terhadap ketersediaan kedelai untuk kebutuhan dalam negeri.

Hal tersebut mengingat Indonesia mengimpor kedelai hingga 80 persen dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Pakistan, dan Cina.

"Jika dolar AS terus menguat dan impor kedelai terus dilakukan, maka dipastikan akan terjadi kenaikan harga tahu dan tempe yang bisa jadi memicu inflasi," tambah Abdul Majid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement