Selasa 10 Mar 2015 17:41 WIB

GE Indonesia Gandeng Pemerintah Hadapi MEA

Rep: C84/ Red: Satya Festiani
Access to Tanjung Priok port in Jakarta is still underconstruction. General Electric (GE), will invest in Indonesia worth 300 million USD to develop the country's infrastructure. (illustration)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Access to Tanjung Priok port in Jakarta is still underconstruction. General Electric (GE), will invest in Indonesia worth 300 million USD to develop the country's infrastructure. (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 dihadirkan untuk memberikan solusi atas masalah ekonomi yang menghinggapi negara-negara di ASEAN dan juga diharapkan mampu meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN.

Dalam MEA 2015, persaingan bursa tenaga kerja antar negara akan semakin meningkat. Indonesia, sebagai salah satu negara ASEAN juga akan terjun di dalamnya. Kolaborasi yang apik dari pemerintah dan swasta dalam memenangkan persaingan mutlak diperlukan jika tidak ingin tertinggal dari negara tetangga.

Salah satu perusahaan yang menyatakan komitmennya akan hal ini ialah General Electric (GE) Indonesia. Perusahaan multinasional di bidang teknologi, energi, transportasi, kesehatan dan infrastruktur menegaskan kembali komitmennya untuk membantu pemerintah Indonesia dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Dalam diskusi tentang "Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)", di Jakarta, Selasa (10/3), CEO GE Indonesia Handry Satriago mengatakan jangan sampai Indonesia hanya menjadi objek dari pasar bebas tersebut.

Untuk itu, Handry mengatakan GE Indonesia akan berkontribusi lebih maksimal lagi bagi Indonesia dimana saat ini GE Indonesia telah memiliki 800 karyawan di fasilitas dan lokasi proyek di Indonesia, selain kantor pusat di Jakarta dan dua pabrik di Batam dan Yogyakarta.  

Kunci memenangkan persaingan ialah dengan adanya bakat-bakat lokal yang memiliki jiwa kepemimpinan tinggi. GE Indonesia menggandeng pemerintah, pelanggan, universitas, dan LSM dalam mengembangkan bakat lokal. Pada 2013 lalu, GE Indonesia mengumumkan rencana untuk mengalokasikan anggaran sebesar 300 juta dollar selama lima tahun lewat sebuah Pusat Pelatihan Indonesia (GE Indonesia Learning Center).

Handry menilai besarnya jumlah penduduk yang tercatat sekitar 250 juta jiwa seharusnya menjadi keunggulan tersendiri bagi Indonesia dalam MEA ini.

Namun, ia meminta besarnya jumlah penduduk Indonesia harus diimbangi dengan kualitas yang baik.

Berbicara sumber daya manusia (SDM) seperti contohnya dalam hal Leadership, ia menilai Indonesia harus mengakui keunggulan negara-negara lain seperti Singapura yang sudah lebih maju.

Dengan adanya sekitar 50 juta orang di Indonesia yang berusia produktif seharusnya diimbangi dengan pembangunan karakter dalam hal jiwa leadership ini.

"Jangan sampai bonus demografi (jumlah penduduk) ini hanya akan menjadi objek dari pasar global," ujarnya.

Handry menambahkan banyak dari SDM di Indonesia yang kurang percaya diri, terlalu cepat puas, dan juga tidak bekerja melebihi target yang diharapkan.

Oleh karena itu, kata dia, pada 2013 lalu GE Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman dengan Garuda Indonesia, PLN, dan Pertamina dalam mengembangkan GE Indonesia Learning Center yang berfungsi sebagai pusat pealtihan program kepemimpinan dan program teknis GE Indonesia bagi karyawan empat perusahaan tersebut.

Hingga saat ini, GE Indonesia telah menyelenggarakan lima kelas dan melatih lebih dari 150 karyawan.

Terkait melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, Handry mengaku memiliki dampak kepada GE Indonesia meskipun tidak secara langsung.

Ia menayatakan melemahnya rupiah berdampak besar bagi para customernya dan pada akhirnya akan berimbas kepada perusahaannya ini.

Handry menambahkan, dari delapan bisnis inti yang dimiliki GE seperti penerbangan, penyediaan teknologi untuk industri kesehatan, transportasi, pembangkit listrik, hingga minyak dan gas, ia memandang konsumen industri transportasi dan penerbangan yang paling terkena dampak atas anjloknya rupiah.

Meski demikian, ia mengaku optimis kinerja GE akan mengalami pertumbuhan yang baik pada tahun ini salah satunya dengan meningkatkan core business di health care dan power.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement