REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pagi itu, Samaah diantar oleh salah seorang anaknya. Ia menuju RS Klinik Medika Lestari Ciledug, Tangerang. Dia bermaksud mengikuti operasi katarak, yang diselenggarakan selama dua, Jumat-Sabtu (6-7/3).
"Sudah dioperasi," ujar Samaah, sambil menunjuk salah satu matanya yang masih tertutup perban.
Perasaan senang menyelimuti hatinya karena tindakan operasi ini tidak dikenai biaya. Sebagai ungkapan syukur, jika sudah sembuh nanti Samaah ingin membuat nasi kuning dan dibagikan kepada majelis taklim. "Wah, pasti senang bisa lihat jelas kembali, bisa ikut pengajian lagi," katanya.
Dr Rita, salah seorang dokter yang terlibat langsung pada kegiatan tersebut mengatajan kegiatan operasi ini ditujukan bagi masyarakat kurang mampu sehingga tidak dikenakan biaya. Hari ini, (9/3), dokter akan melakukan periksa atas tindakan yang telah dilakukan.
Melalui tindakan operasi katarak, diharapkan fungsi penglihatan dari mata penderita dapat kembali baik, sehingga dapat melakukan aktivitas dengan optimal dan tidak lagi bergantung bantuan orang lain.
Program layanan operasi katarak tersebut merupakan salah satu program yang diusung oleh SPBK (Seksi Penanggulangan Buta Katarak) Perdami (Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia). Umumnya, pelaksanaan program layanan ini dikhususkan bagi masyarakat yang tidak mampu, dan tinggal di daerah yang tidak terjangkau.
SPKB Perdamai terbuka dan sangat mengarapkan parsitipasi aktif dari berbagai elemen masyarakat. Kegiatan layanan operasi katarak kali ini didukung oleh BCA dan manajemen rumah sakit. Kerjasama SPBK Perdami dengan BCA telah terjalin sejak tahun 2001 antara lain layanan operasi katarak di berbagai daerah, seperti di Tanjung Pinang (Sumatera), Kabupaten Kayong Utara (Kalimantan Barat), Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan beberapa wilayah lain.
Bertepatan dengan ulang tahun BCA ke-58, Bakti BCA menyelenggarakan berbagai rangkaian kegiatan kepedulian social. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyerahkan secara simbolis 13 unit alat operasi katarak dan 2 unit alat Biometrikepada SPBK Perdami. Donasi alat ini diterima oleh Sekjen Perdami Dr. M. Sidik SpM.
“Kami menyadari perkembangan BCA hingga saat inipun harus diikuti dengan perkembangan masyarakat di sekitar kami,” ujar Jahja.
Ia berharap bantuan yang diberikan diharapkan mendukung SPBK Perdami terkait dengan misinya menurunkan angka buta katarak di Indonesia. Pada 1990-an, angka kebutaan nasional sekitar 1,47 persen, sementara studi validasi Riskesdas Perdami tahun 2013 memperlihatkan angka kebutaan nasional sebesar 0,6 persen. M Sidik mengatakan pencapaian tersebut bisa dicapai berkat adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk BCA.
“Alat-alat ini tentunya akan memudahkan kami untuk melakukan operasi katarak. Semoga kerjasama ini dapat terus dilanjutkan dan ditingkatkan untuk memerangi kebutaan akibat katarak di Indonesia.” ujar dia.