Ahad 08 Mar 2015 20:00 WIB

Rupiah Akan Terus Tertekan Hingga Pertengahan 2015

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Rupiah Terus Merosot: Petugas menghitung uang rupiah dan dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Kamis (5/3).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Rupiah Terus Merosot: Petugas menghitung uang rupiah dan dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Kamis (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan terus berlanjut. Pelemahan rupiah nilai bukan dari fundamental ekonomi dalam negeri melainkan faktor eksternal. Puncak permintaan dolar diperkirakan terjadi pada Juni 2015.

Pengamat Ekonomi dari Bank Permata Joshua Pardede mengatakan, permintaan dolar yang tinggi bukan hanya pasar domestik tapi juga pasar global. Khususnya pemulihan ekonomi AS yang mengimplikasikan The Fed menaikkan suku bunga pada semester kedua 2015.

Joshua mengatakan, puncak permintaan dolar akan terjadi pada Juni 2015. Hal itu dipengaruhi empat peristiwa yang ditunggu para pelaku pasar uang. Pertama, kepastian The Fed menaikkan suku bunga. Kedua, perpanjangan dana talangan Yunani empat bulan akan jatuh tempo pada Juni. Ketiga, pembayaran utang luar negeri (ULN) tiap kuartal yang juga terjadi pada Juni. Keempat, permbayaran deviden perusahaan atau repatriasi.

"Ini akan memberikan tekanan lagi. Juni akan terjadi permintaan dolar lebih," ujarnya.

Di sisi lain, pemerintah menyatakan terjadi aliran modal masuk (capital inflow) sebesar Rp 57 triliun.  Joshua menilai kondisi eksternal lebih dominan sehingga capital inflow tidak berpengaruh positif terhadap rupiah.  Menurutnya, rupiah berada di atas Rp 13.000 per dolar AS karena lebih didorong sentimen.

"Sekalipun dana asing masuk dari pasar keuangan dari pasar saham dan obligasi belum merefleksikan di pasar valas. Memang sepertinya itu kalau inflow nilai tukar kita menguat, ini didorong faktor global, pelaku pasar sudah ekspektasi tahun ini The Fed akan menaikkan suku bunga," jelasnya.

Oleh sebab itu, Bank Indonesia diminta berkoordinasi dengan permerintah untuk menjaga stabilitas rupiah di pasar keuangan.  Volatlitas perlu dijaga agar pelaku bisnis tidak mengalami kerugian besar.

Sebab, pelaku bisnis lebih baik kondisi rupiah di level tertentu daripada berubah-ubah. Selain itu, pemerintah diminta menggenjot ekspor agar rupiah lebih stabil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement