Ahad 08 Mar 2015 13:02 WIB

Pengusaha Tekstil Minta Pasar Eropa dan Turki Dibuka

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Pertumbuhan Tekstil dan Produk Tekstil: Karyawan merapikan kain lokal yang dijual di salah satu tokoh di Pasar Mayestik, Jakarta, Kamis (29/1).(Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pertumbuhan Tekstil dan Produk Tekstil: Karyawan merapikan kain lokal yang dijual di salah satu tokoh di Pasar Mayestik, Jakarta, Kamis (29/1).(Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pertekstilan Indonesia meminta pemerintah agar membuka Free Trade Agreement (FTA)dengan Uni Eropa dan Turki. Kedua negara tersebut merupakan pasar ekspor yang sangat potensial bagi industri tekstil dan produk tekstil (TPT).

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat mengatakan selama ini Indonesia justru melakukan FTA dengan negara-negara pesaing seperti Cina dan Korea. Menurutnya, dari segi infrastruktur mesin dan sumber daya manusia, industri TPT di dalam negeri sudah siap untuk melakukan peningkatan ekspor. Asalkan, pasar-pasar ekspor penting mudah untuk diterobos.      

"Kita sudah siap untuk memenuhi target pemerintah yakni meningkatkan ekspor 300 persen, asalkan FTA dengan Uni Eropa dan Turki segera dilakukan," ujar Ade di Jakarta, Ahad (8/3). 

Ade mengatakan, selama ini ekspor TPT ke Eropa masih kecil yakni hanya sekitar 3 miliar dolar AS per tahun. Hal ini disebabkan, Indonesia dikenakan biaya bea masuk sebesar 12 sampai 30 persen. Padahal, Eropa merupakan pasar potensial untuk ekspor karena memiliki jumlah penduduk sekitar 260 juta orang dengan income rata-rata 40 ribu dolar AS. Selain itu, konsumsi TPT-nya juga besar yakni 28 kilogram per kapita. 

"Apabila kita sudah FTA dengan Eropa, maka kita bisa tingkatkan pendapatan ekspor sampai 12 miliar dolar AS," kata Ade. 

Menurut Ade, negara lain seperti Vietnam, Kamboja, dan Bangladesh sudah memiliki FTA dengan Uni Eropa sehingga mereka dikenai tarif nol persen. Oleh karena itu, tak heran jika produk TPT dari negara-negara tersebut banyak beredar di Uni Eropa. Pangsa pasar lain yang berpotensial bagi Indonesia adalah Turki. Menurut Ade, Turki merupakan suatu gerbang  untuk masuk ke Eropa Timur.

"Eropa Timur dapat memberikan quick respond untuk masuk ke Eropa Barat dan Amerika," kata Ade.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement