REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memperkuat sektor riil menjadi cara untuk memperkuat nilai tukar rupiah. Pengamat Ekonomi, Institute For Development of Economic and Finance (INDEF), Eko Listyanto menilai untuk memperkuat rupiah terhadap nilai tukar, pemerintah perlu memperkuat sektor riil. Sektor riil yang kuat, maka transaksi berjalan ekonomi Indonesia akan kuat.
"Transaski berjalan bisa menghasilkan valuta asing, yang kemudian bisa berperan untuk menggenjot ekspor," ujar Eko ketika dihubungi Republika, Selasa (3/3).
Eko menilai, kala ekspor bisa digenjot, maka bisa menghasilkan devisa bagi negara. Kondisi ekspor yang baik akan menyempitkan devisit dan meningkatkan surplus. Selain sisi ekspor yang digenjot, sisi impor harus dipersempit. Untuk mendukung hal tersebut, Eko menilai pemerintah perlu memberikan dukungan pada sektor riil. Perbaikan infrastruktur, kredit yang terjangkau, juga sumber energi yang cukup.
"Optimalisasi pasar dalam negeri itu juga perlu dipersiapkan apalagi dalam menghadapi MEA. Jika kita sudah leading, maka kita bisa menentukan sikap kita atas negara lain, sehingga rupiah tak mudah goyang," ujar Eko.
Selain itu, menurut Eko pemerintah harus lebih banyak menggandeng sektor swasta. Dalam hal ekspor impor negara memang menumpu juga pada sektor swasta. Pemerintah dirasa Eko perlu membuat kebijakan yang intensif. "Kita kuat dalam komoditas mineral dan minyak nabati, maka dalam sektor ini pemerintah perlu memperkuat kualitas," tambah Eko. Kurs tengah nilai tukar pada Selasa (3/3) tercatat Rp 12.962 per dolar AS.