Senin 02 Mar 2015 18:54 WIB

BSM Siap Naik Jadi BUKU III

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Satya Festiani
Petugas melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Syariah Mandiri, Jakarta, Jumat (13/2).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Syariah Mandiri, Jakarta, Jumat (13/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan modal ekuitas mencapai Rp 4,9 triliun di akhir 2014, Bank Syariah Mandiri (BSM) bersiap naik manjadi bank BUKU III. Dalam diskusi dengan media, Direktur Keuangan BSM Agus Dwi Handaya mengatakan pendapatan BSM hingga akhir Desember 2014 mencapai Rp 2,9 triliun ditambah pendapatan jasa Rp 1 triliun, maka total pendapatan bersih Rp 3,9 triliun.

 

''Dengan modal ekuitas Rp 4,9 triliun dan laba berjalan bisa diakui sebagai komponen modal Tier 1, BSM bisa jadi bank BUKU III tahun ini,'' tutur, Agus (2/3).

 

Realisasi pembiayaan pada 2014 sebesar 49,1 persen, pendanaan 59,8 persen dan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) enam persen. Tahun ini BSM berupaya menjaga NPF pada kisaran lima persen.

 

Agus melihat NPF memburuk selain makro ekonomi nasional yang tidak begitu kondusif sepanjang 2014, juga karena underwriter yang belum bagus.

 

BSM juga berupaya melakukan perbaikan NPF dengan membentuk tim penyehatan pembiayaan bermasalah yakni

Pisahkan bisnis  bentuk Regional Recovery Restructurisation (R3) di setiap cabang.

 

Dengan R3 NPF diharapkan bisa dilokalisir cabang sehingga tidak mengganggu cabang lain. ''Saat ini sudah ada lima R3 dai rencana tujuh,'' kata Agus.

 

Untuk debitur korporasi, BSM mencoba juga menggunakan pendekatan hukum untuk mitigasi risiko. Percepat lelang aset nasabah tdk prospektif juga ditempuh BSM.

 

BSM aktifkan ikut lelang baik yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta. Ada pula insensentif untuk SDM yang bisa menyelesaikan NPF.

 

Senior Vice Prisedent Treasury Group BSM Rahmat Syukri menambahkan, pada 2015 ini BSM pun berupaya bisa menjadi peserta lelang surat berharga syariah negara (SBSN) langsung bersama 16 bank dan empat perusahaan efek yang sudah lebih dulu terlibat. Ini lakukan agar BSM pun nanti bisa berpartisipasi dalam pasar perdana.

 

Peningkatan peran dalam perdagangan SBSN di pasar sekunder diharapkan juga bisa meningkatkan likuiditas pasar.

 

Syukri menyebut dari total likuiditas instrumen pasar uang yang mencapai Rp 170 triliun, baru Rp 16 triliun yang berasal dari perbankan syariah. Dari R p16 triliun, Rp10 triliunnya berasal dari BSM.

 

Selain itu, BSM juga tengah mengembangkan produk reksa dana pasar uang yang bekerja sama dengan sebuah manajer investasi. Partisipasi BSM dalam pengembangan ini mencapai Rp 1 triliun.

 

Hingga akhir Januari 2015, portofolio BSM di pasar modal syariah sudah mencapai sekitar Rp 1,8 triliun. Jumlah ini ditargetka bisa meningkat hingga Rp 2,7 triliun hingga akhir 2015.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement