REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Pemerintah Indonesia dan Jepang bekerja sama mengolah batu bara berkalori rendah untuk menghasilkan gas yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk.
"Batu baranya melimpah, tapi teknologi belum bisa mengolah. Jepang punya teknologi tepat gunanya, jadi kita kerja sama dengan mereka," kata Deputi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM Montty Girianna di Karawang, Jabar, Kamis (26/2).
Kerja sama antar-pemerintah (G-to-G) tersebut diwujudkan dalam peresmian instalasi pengolahan batu bara berkalori rendah di kawasan industri Pupuk Kujang, Karawang, Jawa Barat.
Dia menjelaskan, instalasi yang dikembangkan oleh IHI Corp., Jepang itu akan menjadi purwarupa pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan gas Hidrogen dari pengolahan batu bara berkalori rendah dengan lebih efisien. "Untuk dua tahun ke depan akan kita fokuskan untuk riset, dievaluasi terus bagaimana kinerjanya. Jika berjalan baik akan kita lanjutkan ke arah komersil," ujar Montty, menjelaskan.
Apabila masa riset dan evaluasi telah selesai, maka instalasi tersebut akan dikembangkan di wilayah penghasil batu bara dengan kapasitas yang jauh lebih besar, tutur Montty. "Untuk saat ini diproyeksikan untuk kebutuhan produksi pupuk, karena secara teknologi memang dekatnya ke aspek itu. Jika sudah dikomersilkan Hidrogennya bisa juga dimanfaatkan untuk kepentingan industri lainnya," ujarnya.
Dengan menggunakan teknologi tepat guna yang didesain secara matang, instalasi yang luasnya mencapai 800 meter persegi tersebut mampu mengolah 50 ton batu bara berkalori rendah setiap harinya. Dari pengolahan yang dilakukan pada mesin berkapasitas 2,1 ton/jam tersebut akan menghasilkan gas dengan kandungan 50 persen Hidrogen, 30 persen Karbondioksida, dan 20 persen Karbonmonoksida.