REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada Selasa (24/2) dini hari. Penyebabnya karena dolar AS menguat dan harga minyak turun.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman April kehilangan 4,1 dolar AS atau 0,34 persen, menjadi menetap di 1.200,80 dolar AS per ounce. Emas berada di bawah tekanan setelah Indeks Dolar naik 0,22 persen menjadi 94,51 pada Senin. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama.
Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka harga emas berjangka akan jatuh, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi para investor.
Sebuah penurunan tajam dalam harga minyak, juga memberikan tekanan tambahan pada emas. Minyak mentah WTI turun 2,89 persen menjadi 49,34 dolar AS pada Senin, karena Libya membuka jaringan pipa baru, memastikan berlanjutnya pasokan yang cukup bagi dunia.
Logam mulia mendapat sedikit dorongan ketika laporan dari National Association Realtors (NAR) yang berbasis di AS pada Senin menunjukkan penjualan "existing home" (rumah yang sebelumnya telah dimiliki atau rumah yang sudah dibangun sebelumnya selama satu bulan) di AS turun 4,9 persen, lebih buruk dari yang diperkirakan pada Januari ke tingkat tahunan sebesar 4,82 juta unit. Analis mengatakan ini adalah tingkat terendah penjualan sejak April 2014.
Perak untuk pengiriman Maret turun 1,9 sen, atau 0,12 persen, menjadi ditutup pada 16,254 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 6,6 dolar AS, atau 0,56 persen, menjadi ditutup pada 1.162,90 dolar AS per ounce.