Senin 23 Feb 2015 18:02 WIB

Menko Maritim Cari Investor Olah Rumput Laut

Rumput Laut
Foto: Edi Yusuf/Republika
Rumput Laut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo tengah mencari investor untuk mengolah produk rumput laut Indonesia agar bisa lebih memberikan nilai tambah.

"Rumput laut ini produk unggulan, ada standarnya, ini yang akan kami bahas dulu. Sementara sekarang ini yang laku, kami jual 'raw material' atau mentah, harganya 1 dolar AS per kilogram," kata Indroyono, seusai rapat koordinasi penanaman modal di Jakarta, Senin (23/2).

Meski termasuk produk unggulan, ia mengaku harga jual 1 dolar AS per kilogram masih terlalu rendah. Padahal, dengan sedikit olahan harganya bisa naik hingga sekitar 7 dolar AS hingga 14 dolar AS per kilogram.

"Tapi yang kualitas terbaik (high grade) itu bisa mencapai 900 dolar AS atau Rp 8 juta per kilogram. Pertanyaannya boleh tidak nilai tambah di kita? Karena jualan kering kan gampang. Kita cari nilai tambahnya," ucapnya.

Indroyono menuturkan hingga 2019, produksi rumput laut ditargetkan sebesar 22,17 juta ton dari total produksi perikanan budidaya yang mencapai 31,32 juta ton. Ada pun total produksi rumput laut kering mencapai 2,2 juta ton yang diklaim sudah mampu memenuhi pasar ekspor.

"Hebatnya lagi, rumput laut ini juga bisa dibuat sebagai gelatin untuk kapsul yang bisa menopang industri farmasi. Karena bisa menggantikan babi, maka produknya halal yang pasarnya mencapai 1,5 miliar dolar AS," ujarnya.

Namun, Indroyono mengingatkan rumput laut terbaik yang bisa dihasilkan hanyalah produk yang diolah di pantai yang bersih dengan paparan cahaya matahari yang cukup.

Kondisi tersebut, katanya, sangat cocok dengan karakteristik wilayah Indonesia Timur yang bisa didorong investasinya.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan kini tugas lembaganya adalah mencari produsen yang bisa mengolah rumput laut dengan kualitas terbaik. Pihaknya juga mengatakan akan ada jaminan kemudahan berinvestasi di bidang ini berupa insentif fiskal lantaran proyeknya dipastikan akan dibangun di wilayah Indonesia Timur.

"Insentifnya bisa menyusul tergantung ada investornya atau tidak. Nanti akan ada teknologi yang masuk. dan jika pengembangan rumput laut ini berdampak besar buat masyarakat, pasti insentifnya besar," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement