REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian ESDM mulai mengembangkan teknologi Carbon Capture and Storage untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan akibat penggunaan bahan bakar fosil, baik minyak, gas bumi, maupun batu bara.
"Teknologi CCS harus dikaji mendalam karena akan berdampak signifikan terhadap pengolahan energi, ini adalah waktunya kita mengkapitalisasi dan mengorganisasi teknologi CCS," kata Menteri Energi Sumber Daya Mineral Sudirman Said saat membuka International Carbon Capture and Storage (CCS) Workshop di Jakarta, Selasa (17/2).
Ia menjelaskan teknologi ini merupakan rangkaian kegiatan mulai dari menangkap CO2 (capture) dari sumber CO2 seperti fasilitas pengolahan gas alam dan pembangkit listrik, lalu mentransportasikannya
ke lokasi penyimpanan pada formasi geologi yang sesuai (storage).
Aplikasi teknologi CCS dalam Enhanced Oil Recovery (EOR), katanya, merupakan strategi yang sesuai dengan karakteristik formasi geologi di Indonesia. "Banyak sumur migas tua yang dapat dimanfaatkan kembali dengan teknologi CO2-EOR," tuturnya.
Metode ini dinilai berbiaya rendah, dimana sumber dayanya disuplai dari pengolahan gas alam, sementara "depleted reservoir" migas menjadi tempat penyimpanan.
Sudirman mengatakan bahwa kesediaan pemerintah mengeluarkan kebijakan insentif bagi operator migas yang mengaktifkan kembali sumur tua akan mendorong operator terlibat aktif mengembangkan teknologi CCS khususnya di subsektor migas.