Ahad 08 Feb 2015 03:00 WIB

Hendropriyono Disebut Pemain Baru Dalam Industri Mobil

Rep: CR02/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Mantan kepala BIN AM Hendropriyono menemui Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Selasa (21/10).
Foto: Antara
Mantan kepala BIN AM Hendropriyono menemui Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Selasa (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Malaysia ternyata untuk mewujudkan mobil nasional (mobnas) dengan menggandeng Proton, produsen otomotif kebanggaan Malaysia. Hal tersebut memberikan tanda tanya besar bagi publik Indonesia.

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang juga mantan penasihat Tim Transisi Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla, Hendropriyono merupakan salah satu orang yang ikut serta dalam proses penandatanganan nota kesepahaman dengan Proton.

Dikutip dari Harian Malaysia, Hendropriyono memilih Proton karena dengan keahlian yang dimiliki serta kesamaan budaya. Sehingga diharapkan Proton bisa membantu melatih dan meningkatkan kemahiran tenaga kerja ahli untuk pasar otomotif Indonesia.

Namun berbeda dengan pandangan pelaku industri mobil di Indonesia, Dasep Ahmadi. Insinyur Teknik Mesin lulusan ITB angkatan 1984 itu menilai Hendropriyono bukan orang yang tepat untuk mengurusi mobnas.

"Hendropriyono itu pemain baru, dia kurang mengerti mengenai teknologi, pemasaran dan hal lainnya. Proton itu mobil biasa dan teknologi Indonesia lebih baik dari Malaysia," kata Dasep kepada ROL, Ahad (8/2).

Dasep mengatakan seharusnya pemerintah dapat mengkaji lebih jauh dan melihat track record dari Proton dalam industri mobil. Pasalnya, Dasep menjelaskan Malaysia sejak dulu belajar teknologi mobil di Indonesia.

"Saat tahun 80'an, Malaysia mengirimkan sumber daya manusianya untuk belajar di Indonesia, mereka hanya hebat dalam mengatur sdmnya saja, soal teknologi kita lebih baik," kata Dasep.

Menurut dia, sudah saatnya Indonesia bergerak untuk menciptakan mobnas dan melakukan ekspor ke luar negeri. Karena, Dasep menilai insinyur di Indonesia sudah mampu membuat sebuah mobil yang dapat bersaing ketat dengan teknologi seperti yang dimiliki oleh Jerman, Amerika, Jepang dan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement