REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah mengakui kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada November 2014 menjadi salah satu faktor penghambat laju pertumbuhan ekonomi. Sebab, kenaikan BBM menekan konsumsi masyarakat.
"Memang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena daya beli masyarakat berkurang setelah kenaikan BBM," kata Deputi Fiskal dan Moneter Kementerian Koordinator Perekonomian Bobby Hamzar Rafinus kepada Republika, Kamis (5/2).
Namun menurut Bobby masih ada banyak faktor yang paling mempengaruhi perlambatan ekonomi. Yakni nilai kurs rupiah terhadap dolar yang cenderung melemah, rendahnya harga beberapa komoditas, serta transisi pemerintahan.
Terkait transisi pemerintahan, ujar dia, ini berpengaruh terhadap konsumsi pemerintah sehingga anggaran belanja tidak bisa terserap banyak. "Padahal biasanya kan di triwulan terakhir, penyerapan anggaran sedang kencang-kencangnya. Tapi triwulan terakhir tahun kemarin kan terjadi transisi. Selain itu juga terjadi perubahan nomenklatur kementerian," ujarnya.
Bobby meyakini pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa lebih baik. Bahkan, tidak menutup kemungkinan mencapai target 5,7 persen. Salah satu penopangnya adalah konsumsi pemerintah yang bakal naik dari belanja infrastruktur.
Badan Pusat Statistik mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada 2014 sebesar 5,02 persen. Ini menjadi pertumbuhan terendah dalam lima tahun terakhir.
n satria kartika yudha