REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan usulan penurunan harga jual bahan bakar jenis solar maksimal Rp 6.200, agar Pertamina tidak merugi. "Kalau di bawah Rp 6.200, Pertamina akan rugi," kata Dwi di Kompleks Istana Presiden Jakarta, Kamis (5/2), usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo.
Dia mengatakan, salah satu acuan untuk mengurangi harga jual solar adalah harga internasional minyak mentah. "Kita lihat nanti kebijakan pemerintah karena tantangan ke depan kan masih banyak dan harga internasional, juga solar kemarin kita lihat ada rebound ke atas lagi. Nah itu yang nanti akan jadi perhatian barangkali di pemerintah. Tapi apapun keputusan pemerintah Pertamina siap," tukasnya.
Dia mengatakan, Pertamina juga melakukan evaluasi terkait bahan bakar bersubsidi pada pertengahan Februari mendatang. Mengenai pengaruh turunnya harga minyak mentah dunia dengan penurunan keuntungan Pertamina, Dwi mengatakan hal itu tentu berpengaruh, namun akan dihadapi dengan upaya efesiensi yang saat ini mulai berjalan.
"Tentu saja, dan bukan hanya Pertamina semuanya upstream-nya pasti terpukul dan itu otomatis profitabilitas dari 'upstream' kena. Tapi kita akan berusaha untuk akan memperbaikinya dari aspek efesiensi," tegasnya.
Saat bertemu Presiden, Dwi melaporkan perkembangan pengelolaan Pertamina, termasuk upaya efesiensi yang terus dilakukan melalui sejumlah kebijakan perusahaan. Pada pagi ini, Presiden menerima Direktur Pelindo II RJ Lino dan Direktur Pertamina Dwi Soetjipto serta Menteri BUMN Rini Suwandi.
Dalam kesempatan berbeda, Presiden juga menerima Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar. Presiden dijadwalkan berangkat menuju Kuala Lumpur, Malaysia pada Kamis siang pukul 12.45 WIB dari Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta dan melakukan kunjungan ke Malaysia, Brunei Darussalam dan Filipina.
Pada Senin (9/10) Kepala Negara dan Ibu Negara Iriana beserta rombongan dijadwalkan tiba kembali di Tanah Air.