REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah telah mencanangkan program pembangunan listrik sebesar 35 ribu megawatt dalam jangka waktu lima tahun mendatang. Asosiasi Industri Ketel Uap dan Bejana Bertekanan Indonesia (AKUBBI) meminta kepada pemerintah, agar industi lokal turut dilibatkan dalam pembangunan listrik tersebut.
Ketua Umum AKUBBI, Eko Sulianto mengatakan, kemampuan produksi peralatan pembangkit listrik dalam negeri sudah memadai. Namun, kontinuitas keberpihakan industri dalam negeri terhadap perkembangan listrik masih belum mumpuni.
"Sejak 1988, kemampuan industri pembangkit listrik dalam negeri sudah bagus, tapi karena kontinuitasnya kurang memadai maka ada pasang surut," ujar Eko di Jakarta, Senin (2/1).
Eko menjelaskan, kemampuan dalam negeri sekarang sudah bisa membuat katel sampai 1000 megawatt. Bahkan, Indonesia sudah mampu melakukan ekspor karena sudah memiliki tingkat kompetitif yang tinggi. Eko mengatakan, produk yang di ekspor biasanya tergantung order atau pesanan konsumen.
"Industri ini sifatnya customized, dan untuk ekspor biasanya ke Amerika Serikat, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah," ujar Eko.
Dari sisi kualitas, Indonesia mampu bersaing dengan produk dari negara lain. Eko menjelaskan selama ini produk buatan dalam negeri sudah mengacu pada standar internasional ASME, yang merupakan standar ekspor.
Oleh karena itu, industri pembangkit listrik dalam negeri diharapkan dapat diberikan ruang untuk berpartisipasi dalam pembangunan listrik 35 ribu megawatt, yang telah direncanakan pemerintah.
Eko mengaku belum mengetahui potensi pasar dari program pembangunan listrik tersebut. Karena, sejauh ini pemerintah belum memberikan sinyal mengenai porsi yang dapat diambil oleh industri pembangkit listrik nasional dalam memenuhi pembangunan tersebut.