Ahad 01 Feb 2015 21:24 WIB

BI: Deflasi Januari 0,12 Persen

Rep: c87/ Red: Maman Sudiaman
Agus Martowardoyo
Foto: istimewa
Agus Martowardoyo

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -– Bank Indonesia memprediksi pada Januari 2015 terjadi deflasi sekitar 0,12 persen. Deflasi terutama didorong kebijakan pemerintah dua kali menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM).

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardjojo mengatakan deflasi Januari didorong kebijakan pemerintah pada 1 Januari dan 19 Januari menurunkan harga BBM.

“Karena kita di minggu keempat sementara kita sudah melihat bahwa Januari ada deflasi, angka deflasinya sementara akan dikisaran 0,12 persen. Ini sekarang inflasi tidak ada malah ada deflasi,” kata Agus kepada wartawan di kompleks gedung Bank Indonesia, Jumat (30/1).

Menurutnya, penurunan harga BBM berdampak pada pengendalian tarif transportasi khususnya antar kota dan dalam kota.  Meskipun, pada awal pecan kedua Januari beberapa belum menurunkan tarif angkutan umum. Namun, melalui instruksi Menteri Perhubungan, sejumlah kota mulai menurunkan tarif angkutan.

“Kita melihat bahwa pangan strategis seperti cabai itu semua terkendalikan, dan ini menyumbang deflasi, jadi yang saya lihat inflasi kita sudah mulai terus terjaga tetapi transaksi berjalan tentu kita jaga terus ada dalam batasan yang baik,” imbuh Agus.

Meski harga cabai terkendali, namun beberapa pangan strategis yang justru memberikan tekanan pada inflasi. Pangan strategis seperti daging ayam dan telur. Sehingga, ke depan, pemerintah diminta berhati-hati dalam mengendalikan harga komoditas pangan.

Agus mengatakan, inflasi yang sudah semakin tinggi adalah tanda-tanda Amerika Serikat akan menaikkan suku bunga. Akibatnya, negara yang fundamental ekonominya tidak kuat akan terkena capital outflow.

Di samping itu, Agus memperkirakan neraca perdagangan bakal mencatat surplus sekitar 100 juta dolar AS pada Desember 2014. Sehingga Bank Indonesia tetap optimistis, defisit transaksi berjalan (CAD) akan berada di kisaran 3,3-3,5 persen sepanjang 2015.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement