Kamis 29 Jan 2015 15:34 WIB

Perkembangan Wisata Syariah Malaysia Untungkan Indonesia

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah kaum Muslim berjalan usai menuaikan shalat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Provinsi ini tengah berbenah menjadi kawasan destinasi wisata syariah.
Foto: Republika/Prayogi/c
Sejumlah kaum Muslim berjalan usai menuaikan shalat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Provinsi ini tengah berbenah menjadi kawasan destinasi wisata syariah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Perkembangan pariwisata syariah negara tetangga seperti Malaysia bisa memberi timbal balik bagi pariwisata syariah yang juga dikembangkan di Indonesia. Apalagi saat ini pariwisata syariah nasional semakin didukung oleh Kementerian Pariwisata.

Hal tersebut dinyatakan oleh Ketua Asosiasi Hotel dan Restoran Syariah Indonesia (AHSIN) Riyanto Sofyan. Ia mengatakan berkembangnya pariwisata syariah di luar negeri, seperti di Malaysia, menguntungkan Indonesia. Apalagi, wisatawan mancanegara terbanyak kedua yang datang ke Indonesia adalah Malaysia.

Meski negara-negara yang Muslimnya minoritas seperti Korea dan Jepang juga menggencarkan pariwisata syariah, Indonesia bisa lebih unggul karena suasana yang lebih kondusif. Terutama wilayah seperti Nusa Tenggara Barat dan Aceh yang kental nilai Islamnya.

Kota besar seperti Jakarta juga bisa menjadi destinasi untuk bagian wisata belanja karena banyak pusat perbelanjaan besar dan mewah. ''Banyak juga wisatawan mancanegara yang berkunjung untuk wisata belanja,'' kata Riyanto.

Sayangnya hingga kini Indonesia baru memiliki 37 hotel syariah Indonesia, dimana 25 hotel di antaranya masuk kategori hilal satu dengan restoran yang sudah halal dan 12 hotel sisanya sudah secara penuh dikelola secara syariah. Sementara Malaysia sudah punya 366 hotel dan 273 hotel di antaranya merupakan hotel bintang tiga hingga bintang lima.

"Sudah ada sekitar 300 restoran, termasuk beberapa restoran waralaba, yang bersertifikat halal MUI dan tiga spa syariah di Indonesia," tutur dia

Tahun ini Kemenpar mengalokasikan Rp 300 miliar untuk promosi wisata religi dan heritage. Jika wisata religi mendapat Rp 150 miliar, itu bisa digunakan untuk mempromosikan wisata syariah nasional.

''Kalau ada kompilasi destinasi wisata syariah beserta hotel dan restoran halal dalam kemasan yang cantik, itu akan sangat bagus,'' kata Riyanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement