Rabu 28 Jan 2015 13:15 WIB

Perbankan Islam Buka Ruang Bagi Wanita

Rep: fuji pratiwi/ Red: Damanhuri Zuhri
 Teller menghitung rupiah di banking hall Bank Syariah Bukopin (BSB) di Jakarta, Rabu (21/1). ( Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Teller menghitung rupiah di banking hall Bank Syariah Bukopin (BSB) di Jakarta, Rabu (21/1). ( Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Berkarir di industri keuangan syariah, apalagi bagi wanita, di era 1980-an bukan hal mudah. Perkembangan keuangan Islam mengubah wajah industri keuangan syariah di Inggris jadi lebih ramah bagi para wanita.

Itulah yang dirasakan direktur sebuah perusahaan investasi anggota GGAC Group yang melayani jasa investasi syariah, Perusahaan Investasi DDGI, Stella Cox, saat menceritakan pengalamannya masuk industri keuangan 30 tahun lalu.

Ketertarikannya bermula saat ia masih bekerja untuk sebuah bank komersial. Saat itu, sektor urusan Timur Tengah berada tidak jauh dari mejanya. Ia lalu memutuskan bergabung di tim itu. Dihitung sebagai perempuan, Cox menghadapi kesulitan bekerja sama dengan anggota tim yang semuanya lelaki.

''Rekan-rekan saya sempat mengatakan bukan ide bagus ada perempuan di tim mereka. Sebab klien mereka sangat konservatif dan mungkin tak akan menerima perempuan,'' tutur Cox seperti dikutip City A.M, Selasa (27/1).

Setelah melakukan pendekatan persuasif, Cox diberi masa percobaan oleh rekan-rekan satu timnya selama enam bulan dengan segala risiko yang mungkin muncul. Cox akhirnya mendapat kesempatan sesi bertemu klien.

Saat itu, berinteraksi dengan wanita bukanlah hal umum bagi klien di arena di mana Cox dan timnya bekerja, Timur Tengah. Sebab di sana mereka tak memiliki wanita di area kerja, apalagi di bidang keuangan. ''Ada keengganan klien untuk bicara dengan saya, bukan karena ada masalah personal pada saya, tapi karena kultur,'' ungkap Cox.

Akibatnya, dibutuhkan waktu lebih panjang untuk membangun hubungan dan kepercayaan antara Cox dan kliennya. Cox berhasil melakukannya dan mempertahankan itu selama 15 tahun bekerja di sektor keuangan Islam.

Langkah itu ia syukuri karena karena perkembangan ekonomi dan keuangan global kini lebih ramah dan membuka kesempatan bagi wanita untuk terlibat di dalamnya. Ia mengaku beruntung setelah Juni 2014 lalu Inggris menerbitkan sukuk Barat pertama dengan nilai dua miliar euro atau 10 kali lebih besar dari nilai awal yang direncanakan.

Adalah bagian dari rencana Menteri Keuangan Inggris, George Osborne untuk membuat Inggris sebagai pusat keuangan Islam. Osborne berharap akan makin banyak korporasi yang menerbitkan sukuk. Keuangan Islam menjadi bagian penting dalam perkembangan ekonomi kawasan Asia. Permintaan akan sukuk pun terus meningkat.

Cox mengatakan industri keuangan Islam kini jadi area menarik bagi para eksekutif wanita untuk berpartisipasi di dalamnya. ''Saat ini jika bertemu klien, mereka tidak lagi membedakan saya dengan rekan laki-laki yang lain,'' kata Cox.

Ia mengaku saat ini tak ada satu tempat pun yang dikunjungi tak memiliki pekerja wanita. Wanita bekerja di sektor keuangan Islam kini jadi hal jamak, baik di negara mayoritas maupun minoritas Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement