Senin 19 Jan 2015 23:25 WIB

Jokowi Minta Asumsi APBNP 2015 Realistis

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden Joko Widodo
Foto: Antara/Andika Wahyu
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar sidang kabinet untuk membahas rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015. Dalam sidang kabinet yang dihadiri para menteri Kabinet Kerja tersebut, presiden meminta menteri membuat asumsi makro APBNP 2015 yang realistis.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, dalam konferensi pers usai sidang kabinet mengatakan, presiden meminta asumsi makro dicermati dengan realistis. Khususnya mengenai target pertumbuhan ekonomi, harga minyak mentah, nilai tukar rupiah, dan target lifting.

"Presiden meminta kita benar-benar mendalami dan mengkaji apakah asumsi yang kita sampaikan sudah realistis atau belum. Presiden menginginkan segala sesuatunya terkait asumsi, meskipun tahu asumsi itu sulit, tapi dibuat serealistis mungkin," kata Bambang.

Untuk asumsi lifting dan harga minyak, Bambang mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian ESDM untuk memastikan berapa harga minyak yang realistis untuk dijadikan asumsi. Sebab, jika asumsinya terlalu tinggi, akan ada penerimaan yang tidak terealisasi sehingga dapat mengganggu program pemerintah yang lain.

Bambang melanjutkan, sidang kabinet juga sempat membahas soal target penerimaan pajak 2015 yang naik sekitar 40 persen dari target sebelumnya. Hal ini dianggap di luar kebiasaan karena biasanya target penerimaan pajak berkisar di angka 20 persen.

"Kita diminta menyiapkan strategi yang realisitis, straight to the point mengenai bagaimana target pajak naik," kata dia.

Bambang mengatakan, jika sesuai jadwal, pembahasan APBNP 2015 ini bisa selesai pada 12 Februari.

Pemerintah memprediksi akan memiliki ruang fiskal Rp 230 triliun dalam APBNP 2015. Ruang fiskal dapat tercipta dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5,8 persen, inflasi 5 persen, surat perbendaharaan negara selama 3 bulan sebesar 6,2 persen.

Pemerintah juga menggunakan patokan nilai tukar Rp 12.200 per dolar AS, harga minyak mentah 70 dolar AS per barel, target lifting minyak 849 ribu barel per hari, dan target lifting gas 1,12 juta barel per hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement