Senin 05 Jan 2015 23:12 WIB

Ekonom ini Klaim Pencabutan Subsidi Bisa Perkuat Rupiah

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Tahun 2015 Premium Tidak Bersubsidi: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU, Jakarta, Jumat (19/12).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Tahun 2015 Premium Tidak Bersubsidi: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU, Jakarta, Jumat (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Harga BBM diprediksi stabil hingga akhir tahun. Ekonom Senior Standard Charter Bank Fauzi Ichsan mengatakan analis energi internasional memprediksi harga minyak mentah dunia selama 12 bulan mendatang di kisaran rata-rata 65 dolar AS/barel.

Artinya, tidak begitu jauh berbeda dibandingkan harga minyak mintah saat ini yang berada di kisaran 53 dolar/barel. Dengan prediksi harga minyak seperti ini, ia memprediksikan harga jual preium bisa stabil hingga akhir tahun.

Fauzi mengatakan kebijakan pencabutan premium ini bisa berdampak positif bagi perekonomian Indonesia. Menurutnya, jika kebijakan pencabutan subsidi BBM dianggap sebagai kebijakan permanen, hal ini bisa berpotensi meningkatkan investment rating Indonesia.

Dari tiga lembaga pemeringkat dunia, Moody, Fitch dan Standard and Poor, tersisa Standard and Poor yang belum memberikan investment rating terhadap Indonesia. Fauzi cukup optimistis kebijakan ini bisa meningkatkan peringkat investasi Indonesia.

“Yang kasih investment grade baru dua (Moody dan Fotch), kalau S&P menilai kebijakan ini permanen mungkin bisa meningkatkan peringkat yang saat ini baru BB+,” ujar Fauzi, Senin (5/1).

Jika Indonesia sudah mendapatkan peringkat investasi dari S&P, ia yakin rupiah bisa semakin menguat. Fauzi mengatakan peringkat investasi yang meningkat ini memungkinkan adanya aliran dana masuk sehingga bisa ‘menambal’ defisit transaksi berjalan yang berujung pada menguatnya mata uang rupiah.

Ia optimistis dengan kebijakan pencabutan subsidi ini nilai tukar rupiah bisa terus menguat setidaknya di semester kedua lantaran defisit transaksi berjalan mulai berkurang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement