Rabu 31 Dec 2014 17:28 WIB

Lima Isu Tantangan Ekonomi Dunia 2015 (3)

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Hazliansyah
Warga Amerika Serikat Akui Cina Adidaya Ekonomi Dunia
Foto: irib
Warga Amerika Serikat Akui Cina Adidaya Ekonomi Dunia

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perekonomian dunia memasuki 2015 sudah di persimpangan jalan. Salah satu "lagu" yang terdengar adalah pemulihan ekonomi dunia sejak krisis keuangan meletus pada 2007. 

Harga minyak yang turun hingga ke level terendah mendorong belanja konsumen dan bisnis investasi. Seluruh dunia mulai melakukan revitalisasi. 

Berikut adalah lima isu yang bisa dinilai sebagai pendorong atau justru penghambat perkembangan ekonomi dunia tahun depan, dilansir dari the Guardian, Rabu (31/12).

3. Cina

Cina memegang peranan penting dalam kinerja ekonomi global 2015, tergantung pada tolok ukur yang digunakan. Cina sekarang menjadi ekonomi terbesar di dunia. 

Kenneth Culkier dari majalah the Economist menilai Cina bisa bergabung dengan klub negara-negara dengan mata uang cadangan.

Tapi, 2014 telah menjadi tahun penuh kegelisahan bagi Cina karena Beijing berusaha membersihkan sisa krisis ekonominya pada 2008 lalu dengan menuntaskan ekses kredit yang tersisa. Para pembuat kebijakan mengatakan kendala kredit sudah mulai mengigit Cina. Pertumbuhan ekonomi negara tersebut akan lebih rendah pada 2015. Pertanyaannya, seberapa rendahkah?

Perlambatan ekonomi Cina akan mempengaruhi seluruh sistem ekonomi global dalam dua cara. Pertama, ekspor ke Cina akan semakin melemah. Hal ini akan mempengaruhi negara-negara, seperti Jerman yang menjual alat-alat mesin yang dibutuhkan Cina untuk ekspansi kreditnya, juga Australia yang menyediakan berbagai bahan baku untuk Cina. 

Kedua, Cina juga akan mengekspor deflasi ke seluruh dunia. Harga barang di Cina akan terus jatuh dan tren ini akan terus berlanjut. AS dan Eropa akan dibanjiri barang-barang murah Cina dan menurunkan inflasi. Dalam kasus Zona Euro, hal ini justru menyebabkan deflasi.

Bank-bank sentral dihadapkan dengan inflasi jauh di bawah target. Mereka harus ekstra hati-hati jika ingin menaikkan suku bunga, bahkan jika ekonomi mereka tumbuh sehat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement