Rabu 31 Dec 2014 00:45 WIB

Soal Subsidi BBM, Faisal Basri Dukung Pemerintah

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Tahun 2015 Premium Tidak Bersubsidi: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU, Jakarta, Jumat (19/12).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Tahun 2015 Premium Tidak Bersubsidi: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU, Jakarta, Jumat (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Reformasi Tata Kelola Migas mendukung sepenuhnya rencana Pemerintah dalam menyusun harga bahan bakar minyak. Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri mengatakan memberikan kesempatan kepada Pemerintah untuk memformulasikan harga BBM sebaik-baiknya. 

"Kenaikan BBM sedang dirapatkan, jadi  sebaiknya kami sudah melaksanakan tugas kami memberi rekomendasi, saya yakin dalam memutuskan pemerintah akan memutuskan yang baik-baik," kata Faisal kepada wartawan di gedung Kementerian ESDM, Selasa (30/12). 

Faisal enggan berkomentar lebih jauh terkait dampak rencana subsidi BBM tetap yang bakal diterapkan Januari 2015. "Kita tunggu saja keputusan Pemerintah," ujarnya. 

Di sisi lain, Faisal menegaskan rekomendasi penghapusan premium atau Ron 88.  Menurutnya Ron 88 yang menyebabkan berkumpulnya para rente karena Ron 88 sudah tidak ada lagi di pasar regional. Terkait proses transisi diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah. "Kami merekomendasikan dihapus saja (Ron 88)," tegasnya.

Kilang Pertamina, kata Faisal, sudah mampu menghasilkan pertamax namun aromatiknya masih tinggi. Sehingga harus diturunkan untuk menghasilkan pertamax on yang setara dengan Ron 92 melalui penambahan komponen bernama MBTE.

"Dengan kondisi yang sekarang meningkatkan kapasitas kilang dari produksi 800 ribu barel menjadi  1,6 juta barel dengan revamping, expanstions, dengan dana 25 miliar dollar AS dari Pertamina akan kerja sama dengan Kuwait dan sebagainya lebih dari dua tahun, bahkan lima tahun," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement