REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengklaim pelemahan nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir lebih diakibatkan faktor eksternal.
"Ini kan tren global ya, bukan hanya di Indonesia. Kan semua mata uang mengalami tekanan yang luar biasa," kata Sofyan, Selasa (16/12).
Sofyan menjelaskan, membaiknya perekonomian Amerika Serikat disertai menguatnya mata uang negara tersebut dan juga antisipasi kebijakan bank sentral AS The Fed, berkontribusi terhadap pelemahan rupiah.
Namun, lanjut Sofyan, apabila dibandingkan dengan negara lain, depresiasi rupiah relatif lebih baik di mana tidak mengalami tekanan yang begitu dalam.
"Rupiah is not bad, not the worst. Sampai hari ini depresiasi rupiah sepanjang tahun hanya 4 persen," kata Sofyan.
Ia menegaskan, pemerintah akan terus melakukan berbagi upaya untuk menjaga stabilitas rupiah dan sesuai dengan fundamental Indonesia.
Ia menambahkan, pelemahan rupiah bukan karena persoalan di dalam negeri. Suasana politik yang relatif stabil dan kerja keras dari kabinet saat ini justru diyakini akan memperbaiki perekonomian ke depannya.
"Masalah pelemahan rupiah berasal dari luar Indonesia atau global trend. Kami akan melakukan segala upaya untuk menjaga rupiah," ujar Sofyan.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar 171 poin menjadi Rp12.884 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.713 per dolar AS.