Senin 15 Dec 2014 18:05 WIB

Apindo: Rupiah Lemah, tak Semua Pengusaha Rugi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja memeriksa mobil-mobil yang siap di ekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta,?Senin (6/5)
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja memeriksa mobil-mobil yang siap di ekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok Car Terminal, Jakarta,?Senin (6/5)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan bahwa tidak semua perusahaan dirugikan atas melemahnya rupiah terhadap dolar AS. Dengan demikian tidak semua utang valas perusahaan dapat memperburuk nilai rupiah.

Wakil Ketua Umum Apindo, Chris Kanter mengatakan bahwa, tidak semua perusahaan bisa dipukul rata harus melakukan hedging utang valas, karena setiap perusahaan memiliki sektor bisnis yang berbeda.

Menurutnya, Bank Indonesia harus melihat jumlah perusahaan-perusahaan yang income base-nya memakai dolar AS, maupun yang memakai rupiah. Sehingga bisa diketahui perusahaan mana saja yang harus melakukan hedging.     

"Para pengusaha sebenarnya tidak perlu lagi diberikan imbauan karena mereka sudah tahu risikonya," ujar Chris kepada Republika, Senin (15/12).

Menurut Chris, lemahnya nilai rupiah seharusnya dapat menjadi sebuah keuntungan bagi Indonesia karena akan timbul persaingan. Pelemahan rupiah justru sangat dirasakan bagi perusahaan yang melakukan impor bahan baku karena secara otomatis terkena biaya tinggi.

Sedangkan, pelemahan rupiah justru tidak menganggu dan menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor, karena perusahaan tersebut income base-nya menggunakan dolar AS.   

"Kami memprediksi pada Januari 2015, nilai rupiah bisa saja mencapai angka 13 ribu," ujar Chris.

Angka tersebut tentu saja sangat tinggi dan dapat memberikan kesulitan bagi perusahaan yang melakukan impor bahan baku. Chris mengatakan, pengusaha membutuhkan nilai rupiah yang stabil agar bisa mendapatkan kepastian untuk mengkalkulasi biayanya.

Para pengusaha berharap agar Bank Indonesia jangan menaikkan suku bunga karena akan berdampak pada likuiditas dan kredit yang tidak berjalan. Apabila hal tersebut terjadi, maka akan memukul ekspor, sehingga ada sektor-sektor industri yang menderita dan dirugikan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement