Senin 15 Dec 2014 12:32 WIB

Harga LPG 12 kg akan Naik Rp 1.500 per kg, Pertamina Tunggu Pemerintah

Rep: C85/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
  Pekerja menata tabung elpiji (liquified petroleum gas/LPG) 12 kg di di salah satu agen gas elpiji di Jakarta Timur, Selasa (9/9).   (Republika/ Yasin Habibi)
Pekerja menata tabung elpiji (liquified petroleum gas/LPG) 12 kg di di salah satu agen gas elpiji di Jakarta Timur, Selasa (9/9). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) berencana untuk menaikkan tarif elpiji 12 kg pada Januari 2015. Besaran kenaikan direncanakan Rp 1.500 per kg.

Namun, mengingat kenaikan BBM juga baru terjadi, Pertamina mempertimbangkan untuk menunggu kebijakan pemerintah. Direktur Pemasaran dan Perdagangan Pertamina Ahmad Bambang menjelaskan bahwa meskipun hal ini sudah disepakati dalam rapat kerja pada September 2014, pihaknya masih akan menunggu kebijakan pemerintah.

"Sebetulnya itu (kebijakan menunda kenaikan) ranah pemerintah. Namun karena mempertimbangkan hal tersebut (kenaikan BBM bulan lalu), maka meski kenaikan harga LPG per Januari 2015 sudah disetujui, tetap kami akan konsultasikan ke jajaran Kemenko Perekonomian Mas," jelasnya kepada Republika, Senin (15/12).

Ahmad Bambang mengutarakan, rencana kenaikan harga LPG ini sesuai dengan hasil rapat konsultasi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada September 2014. "Di mana disepakati kenaikan secara bertahap, dan Januari 2015 sudah disetujui Rp.1500/Kg," lanjutnya.

Namun, Ahmad menambahkan, karena pemerintahan sudah berganti maka Pertamina tetap akan konsultasi terlebih dahulu dengan pemerintah. "Sesuai dengan Permen ESDM no. 26/2009 harga LPG Non PSO tidak perlu minta ijin, hanya melapor saja," jelasnya.

Jadi meskipun sebetulnya Pertamina tidak,perlu meminta izin kepada pemerintah terkait kebaikan harga elpiji 12 kg. Namun faktor psikologis masyarakat juga menjadi bahan pertimbangan.

"Suratnya sedang disiapkan mengingat pemerintah sudah ganti, lalu baru sebulan ada kenaikan harga BBM. Kami harus mempertimbangkan hal tersebut," lanjut Ahmad.

Ahmad juga menjelaskan, meski harga LPG dunia sudah turun, namun harga eceran elpiji saat ini masih belum ekonomis. "Masih sedikit rugi. Sedangkan sebagai PT, sesuai UUD harus mencari keuntungan yg wajar. Disinilah dilemanya," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement