REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan nilai rupiah di level Rp 12.432 per Jumat (12/12) bakal memukul pengusaha. Sebab, struktur komponen impor masih cukup tinggi untuk produksi dalam negeri.
Pengamat ekonomi dari Institute Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listyanto, mengatakan pelemahan rupiah terhadap dolar yang tidak stabil memberatkan pengusaha. Sebab, stuktur komponen impor bagi industri dalam negeri masih cukup tinggi.
"Kalau terjadi pelemahan nilai tukar kita impor dari luar negeri costnya lebih mahal, harganya akan naik, permintaan tidak akan sebanyak potensialnya. Itu akan memukul," kata Eko kepada Republika, Ahad (14/12).
Menurutnya, pengusaha harus punya hitung-hitungan, rupiah pada level berapa yang tidak menggaggu usaha mereka dan untuk mengantisipasi asumsi itu meleset.
Eko mengatakan sampai akhir tahun rupiah akan sedikit melemah diperkirakan sampai level Rp 12.500. Momentum Natal dan tahun baru juga menyebabkan impor naik karena tingginya permintaan pasar. Selain itu, pada akhir tahun biasanya perusahaan swasta melakukan pembayaran hutang luar negeri sehingga permintaan dolar di pasar akan meningkat.
"Nilai tukar rupiah akan melemah, kecuali BI intervensi di pasar, bisa saja menjadi Rp 12.500 kalau situasi sekarang tidak banyak penanganan," imbuhnya.
Dia menilai kemungkinan prediksi BI level rupiah saat ini bakal bertahan sampai tahun depan jika The Fed melakukan tapering off. Untuk menjaga nilai rupiah, diperkirakan BI akan masuk pasar dan mengeluarkan cadangan devisa. Intervensi BI dengan menggelontorkan cadangan devisa dimungkinkan bakal menjaga nilai rupiah stabil. Kondisi itu akan berdampak terhadap dana-dana jangka pendek yang sedikit menurun sehingga nilai rupiah sedikit melemah.
"Pelemahan rupiah harus pelan-pelan tidak boleh langsung Rp 12.700 karena akan mempengaruhi kondisi perekonomian dan akan lebih bisa diterima serta tidak menimbulkan shock di pasar," terangnya.