REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) lemas karena merosotnya harga minyak mentah dunia dan melemahnya nilai tukar rupiah. Pasalnya, pengeluaran perusahaan pelat merah itu didominasi dolar AS, sebaliknya pendapatannya kebanyakan berasal dari rupiah.
Direktur PT Pertamina (Persero), Ahmad Bambang mengungkapkan, setiap penurunan harga minyak mentah Indonesia (ICP_ satu dolar berdampak turunnya laba 21 juta dolar AS. Sedangkan, melemahnya 100 rupiah per dolar akan berdampak turunnya laba 13 juta dolar AS.
Bambang mengatakan, merosotnya harga minyak mentah dunia dan melemahnya rupiah berpengaruh besar terhadap Pertamina. ''Jelaslah sangat besar pengaruhnya karena pendapatan kami banyak yang rupiah, sedangkan pengeluarannya dolar AS,'' kata dia kepada Republika, Ahad (14/12) sore.
Menurut Bambang, melemahnya rupiah sangat berpengaruh karena besarnya pengeluaran yang menggunakan dolar AS. Semisal, impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) menggunakan dolar AS, sedangkan dijual di dalam negeri dengan mata uang rupiah.
Dia menerangkan, hal itu termasuk penjualan barang subsidi yang dijual Pertamina. ''Termasuk subsidi pun dibayar rupiah,'' jelas dia.