REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengakui adanya laporan kekurangan stok ikan di SIngapuran dan Malaysia. Hal ini, menurut Menteri Susi adalah dampak dari larangan bongkar muat di tengah laut.
Kebijakan ini otomatis menghambat kapal-kapal nakal yang biasanya langsung melarikan ikan ke luar negeri. "Katanya Malaysia dan Singapura itu harganya sudah naik, karena pasokan berkurang. Keutungan eksportir Indonesia untuk bisa ekspor ke sana. Yang selama ini tidak bisa akan dicari," ujar Menteri Susi, Selasa (2/12). Untuk itu Menteri Susi mendorong para pelaku usaha perikanan Indonesia untuk memanfaatkan momentum ini.
Berkurangnya stok ikan di negara tetangga, membuat harga komoditas di sana meningkat. Menteri Susi juga mengungkapkan bahwa harga-harga komoditas perikanan di Indonesia makin bisa dijangkau oleh masyarakat. "Kalau kita ini sekarang masyarakat beli ikan tenggiri sudah tidak mahal lagi," lanjutnya.
Sebelumnya, para pelaku bisnis di bidang perikanan tuna mengaku dirugikan dengan adanya larangan untuk melakukan bongkar muat di tengah laut.
Wakil ketua asosiasi tuna Indonesia (Astuin) Eddy Yuwono menyatakan, dengan adanya larangan bongkar muat di tengah laut maka mereka harus mengeluarkan biaya dua kali lipat lebih besar.
"Sebagai pengusaha kami kan butuh siasat agar cost operasionalnya lebih murah. Jadi harusnya dibedakan, transhipment yang dilarang adalah bongkar muat untuk kemudian dibawa ke luar. Lha kami itu transhpiment tapi terus dibawa ke Jakarta," ujarnya.