REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi rencana Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump mendeklarasikan darurat nasional. Kebijakan ini untuk mendorong rencana pengenaan bea masuk impor lebih tinggi, sehingga mendorong penguatan dolar AS.
“Rencana kenaikan tarif Trump ini bisa menyurutkan aktivitas produksi di negara-negara produsen seperti China, Meksiko, Kanada, dan lain-lain, dan memicu pelambatan ekonomi,” ujarnya, Kamis (9/1/2025).
Perang tarif yang akan muncul juga semakin memperlambat ekonomi, dan ekspektasi ini mendorong pasar masuk ke aset aman, yakni dolar AS. Selain itu, dolar mendapatkan pula sentimen positif dari data klaim tunjangan pengangguran AS yang mencatatkan jumlah klaim 201 ribu, lebih rendah dari sebelumnya sebesar 211 ribu.
Pada pagi ini, indeks dolar AS turut bergerak lebih tinggi menjadi 109,0 dari sebelumnya 108,63.
“Hari ini IDR masih berpotensi melemah lagi terhadap dolar AS ke arah Rp 16.250, dengan potensi support di kisaran Rp 16.150,” ungkap Aris.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi melemah 19 poin atau 0,12 persen menjadi Rp 16.230 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.211 per dolar AS.