Selasa 02 Dec 2014 19:47 WIB

Rencana Peningkatan Suku Bunga Jadi Faktor Nilai Rupiah Melemah

Rep: C75/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Rupiah
Foto: Pandega/Republika
Rupiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 10 poin atau sekitar 0.08 persen ke nilai Rp 12.270 pada Selasa (2/12). Pelemahan terjadi karena akan adanya kenaikan suku bunga di Amerika yang awalnya 0,25 persen.

Pengamat pasar uang, Farial Anwar mengatakan terjadi sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar karena faktor global. Dan selain itu juga, dolar menguat terhadap semua mata uang dunia.

"Akan ada peningkatan suku bunga di Amerika dari 0,25 persen akan dinaikan," ujarnya kepada Republika via sambungan telepon, Selasa (2/12). Menurutnya, kenaikan suku cadang dilakukan karena ekonomi Amerika membaik dan sudah mengurangi stimulusi ekonomi.

Sehingga, para spekulator yang bergerak di emas, perak dan minyak banyak memburu dolar. Dan menyebabkan nilai emas, perak dan minyak jatuh. Ia menuturkan pelemahan rupiah bisa dibilang sangat memprihatinkan. Dimana, kinerja nilai tukar rupiah yang terus melemah.

"Ada berita bagus atau negatif, rupiah itu menurun," ungkapnya.

Selain itu, didalam negeri, kenaikan BBM yang memicu inflasi serta kenaikan suku bunga menyebabkan nilai tukar rupiah menjadi melemah. " Kita akan menjadi negara yang tidak kompetitif di Masyarakat Ekonomi ASEAN," katanya.

Sisi lain, Farial mengaku heran dengan pelemahan rupiah. Pasalnya,  pasar modal bergerak naik dan seharusnya rupiah ikut menguat. "Ini menjadi masalah. Permintaan dolar lebih tinggi dari suplai ya," katanya.

Menurutnya, hampir semua transaksi yang tidak berkaitan dengan luar negeri menggunakan dolar sehingga menyebabkan permintaan dolar tidak terkendali. "Penggunaan harus menggunakan rupiah. Permintaan besar, suplainya tidak ada," katanya.

Ia pun berharap pemerintah baru melakukan pengendalian devisa. Pasalnya, jika devisa masih bersifat bebas maka rupiah akan tetap melemah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement