Kamis 27 Nov 2014 20:40 WIB

Pertamina Inisiasi Stok Energi Regional

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Djibril Muhammad
  Suasana tempat pengeboran minyak di kawasan Cemara Indramayu PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat. (Republika/Raisan Al Farisi)
Suasana tempat pengeboran minyak di kawasan Cemara Indramayu PT. Pertamina EP Asset 3 Field Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat. (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- PT Pertamina (Persero) bersama dengan sembilan BUMN energi lainnya di ASEAN berkomitmen menjaga ketahanan energi di kawasan regional.

Pelaksana Tugas (Plt) Presiden Direktur Pertamina, Muhamad Husen mengatakan perusahaan-perusahaan minyak dan gas (migas) di Asia Tenggara itu akan memperkuat konektivitas energi di kawasan dengan merintis stok energi bersama.

"Masing-masing negara di ASEAN akan mempunyai cadangan masing-masing. Ini juga sebagai bentuk solidaritas energi sesama anggota ASEAN," katanya dijumpai Republika, di Kuta, Kamis (27/11).

Kesepuluh perusahaan migas ASEAN tersebut masih terus membahas berbagai isu yang terkait dengan rencana bersama ini.

Misalnya, kata Husen, apakah skemanya jual beli atau tidak. Meski menghadapi berbagai pembicaraan alot, terutama tentang skema dan disparitas harga minyak di masing-masing negara, Husen menegaskan bahwa semangat negara anggota yang tergabung dalam the ASEAN Council on Petroleum (Ascope) itu sudah satu suara akan ide ini.

"Ini juga menjadi sarana bisnis kita sesama anggota ASEAN. Jika suatu saat Indonesia kekurangan energi (minyak) maka anggota lain akan membantu. Demikian juga sebaliknya," kata Husen.

Husen menambahkan, sektor energi berperan penting menciptakan integrasi kawasan melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Ascope juga membahas penyusunan peta Trans ASEAN Gas Pipeline (TAGP) yang memiliki jaringan transportasi gas mencapai 3.377 kilometer (km) dan dilengkapi LNG terminal di sejumlah negara ASEAN. Ini akan menjadi bisnis perdagangan migas terbesar regional.

TAGP akan tersambung dari Jakarta (Indonesia) ke Singapura, Kuala Lumpur (Malaysia), termasuk juga Thailand, dan berikutnya ke Filipina.

Pertamina juga bisa mempromosikan jasa teknologi migas yang sudah dikuasai perusahaan kepada sesama anggota Ascope, salah satunya walking land rigs milik Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) untuk proyek Banyu Urip.

Direktur Utama PDSI, Farid Rudiono mengatakan saat ini perusahaan memiliki dua drilling rigs yang seluruhnya dioperasikan di Batam dan baru pertama kali dibangun di Indonesia. Sistem pengeboran dengan rig ini lebih cepat dari jadwal, hasilnya lebih banyak, dan biayanya lebih murah.

"Teknologi Pertamina ini sudah diminati oleh Kamboja. Kami sedang membuat rig ketiga dan ini bisa kita produksi lebih banyak," kata Farid.

Bor ini bisa membor sampai kedalaman 6 ribu meter, namun dengan proses cepat atau quick skidding. Rig ini bisa berjalan otomatis dari satu titik pemboran ke titik pemboran lainnya. Selama ini, skema perpindahan ini dilakukan secara manual.

Dengan teknologi ini, PDSI berhasil mengefisiensi biaya dari anggaran awal 423 juta dolar AS menjadi hanya 205 juta dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement