Rabu 26 Nov 2014 15:53 WIB

Dipusingkan Kuota, BI: Harga BBM Sesuai Fluktuasi Pasar Adalah Solusi

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pengguna kendaraan bermotor mengantre untuk mengisi BBM bersubsidi di SPBU Ring Road Medan, Sumut, Senin (17/11) malam.  (Antara/Septianda Perdana)
Pengguna kendaraan bermotor mengantre untuk mengisi BBM bersubsidi di SPBU Ring Road Medan, Sumut, Senin (17/11) malam. (Antara/Septianda Perdana)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Hampir setiap tahun pemerintah dipusingkan dengan urusan penambahan kuota BBM bersubsidi. Tahun ini pun tidak berubah. Kuota BBM bersubdisi dipastikan jebol meskipun ada kenaikan harga BBM bersubsidi.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowodojo menyarankan pemerintah agar merealisasikan rencana penerapan skema subsidi tetap BBM. Ini bisa menjadi solusi untuk menekan konsumsi BBM dan juga menjaga stabilitas anggaran.

"Kenaikan harga saja belum cukup. Harus ada reformasi struktural dalam hal pemberian subsidi. Yaitu dengan subsidi tetap," kata Agus saat menghadiri acara Indonesia Investment Forum 2014 di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (26/11).

Dengan penerapan skema subsidi tetap, maka pemerintah akan menentukan besaran subsidi BBM yang harus ditanggung per liter. Jika misalnya pemerintah memutuskan memberikan subdisi sebesar Rp 2000/liter, sementara harga keekonomian BBM sebesar Rp 9000, maka harga BBM akan dijual di pasaran sebesar Rp 7000/liter.

Harga BBM bersubdisi yang dijual akan terus mengalami perubahan. Harga akan berubah sesuai dengan kondisi harga minyak dan nilai kurs. Intinya, berapapun harga keekonomian BBM bersubsidi, pemerintah hanya akan memberikan subdisi sesuai yang ditetapkan.

PT Pertamina Persero sebelumnya  menyatakan bahwa kuota BBM bersubsidi tetap akan jebol. Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina Hanung Budya mengatakan kuota BBM diprediksi jebol 1,6 juta kiloliter.

Sebelum ada kenaikan harga BBM, kuota diprediksi defisit 1,9 juta kiloliter. Pada APBN-P 2014, kuota BBM bersubsidi dipatok sebesar 46 juta kl. BBM jenis solar diperkirakan bakal habis pada 11 Desember, sementara Premium habis pada 23 Desember.

 

Dengan jebolnya kuota BBM, maka pemerintah harus mengeluarkan anggaran tambahan untuk menambah kuota BBM. Namun, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro belum mau berbicara mengenai hal ini.

Akan tetapi, Bambang menyebut pemerintah memang sedang menyiapkan rencana untuk menerapkan subsidi tetap pada tahun depan. "Sedang kami pertimbangkan dan matangkan agar tepat pelaksanaannya," ucap Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement