REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Rabu menguat tipis satu poin. Dimana terjadi penguatan menjadi Rp 12.145 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 12.146 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa data kepercayaan konsumer Amerika Serikat yang mengalami penurunan menekan dolar AS terhadap rupiah meski masih cenderung terbatas.
"Namun, produk domestik bruto (PDB) AS yang direvisi lebih tinggi dan melebihi perkiraan pasar menahan penguatan rupiah lebih tinggi," katanya.
Ia memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah masih berpeluang bergerak menguat melihat dolar AS yang cenderung tertekan oleh data ekonomi AS yang kurang memuaskan. Di sisi lain, harga minyak yang berbalik turun juga berpeluang membantu membawa sentimen penguatan terhadap rupiah.
Sementara itu, Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan bahwa pelaku pasar uang di dalam negeri masih terus mengawasi inflasi. Khususnya pasca penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
"Sejauh ini ekspektasi dari inflasi masih terjaga, fundamental ekonomi Indonesia juga masih bagus karena fokus pemerintah yang cukup gencar membangun infrastruktur. Kondisi internal penting untuk diawasi," katanya.
Kendati demikian, ia mengharapkan bahwa harga minyak dunia tetap bergerak stabil. Karena jika harga minyak dunia naik maka dapat menghilangkan efek positif dari penaikan BBM bersubsidi.