REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Pemerintah dan bank sentral Cina bersiap menurunkan suku bunga acuan dan melonggarkan pembatasan pinjaman. Pemotongan suku bunga ini merupakan kali pertama dalam jangka waktu lebih dari dua tahun lalu. Penurunan suku bunga ini dilatarbelakangi pertumbuhan ekonomi di Cina yang melambat menjadi 7,3 persen di kuartal ketiga lalu.
Pembuat kebijakan khawatir pertumbuhan ini terus menurun di bawah 7 persen. Salah seorang ekonom yang enggan disebutkan namanya mengatakan bank sentral Cina kini fokus untuk menurunkan suku bunga dan memotong rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio atau RRR) yang diharapkan efektif membatasi jumlah modal yang bisa digunakan untuk mendanai kredit.
Untuk menambah jumlah uang, pemerintah biasanya menurunkan rasio cadangan wajib. Sementara, untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
Pada Jumat lalu, bank sentral Cina menurunkan suku bunga acuan sebesar 40 basis poin menjadi 5,6 persen. Sumber tersebut mengatakan penurunan ini juga muncul sebagai respons dari kekhawatiran pemerintah dalam mengelola beban utang yang tinggi.
Sebelumnya, sempat ada beberapa penolakan penurunan suku bunga karena khawatir langkah hal itu bisa menyulut utang dan berdampak pada bubble di sektor properti. Akhirnya, mereka menerima kebijakan memotong RRR untuk bank tertentu dan memberikan suntikan likuiditas kepada sistem perbankan.
Li Xunlei, kepala ekonom di Haitong Securitas mengatakan penurunan suku bunga membantu meningkatkan kepercayaan pada prospek pertumbuhan ekonomi di tahun depan. Data terbaru di Cina menunjukkan ekonomi masih melambat. Pertumbuhan ekonomi selama satu tahun ini diperkirakan hanya 7,5 persen dan merupakan pertumbuhan ekonomi terburuk selama kurun waktu 24 tahun terakhir.
Tahun depan, pemerintah Cina ingin mendorong beberapa reformasi termasuk reformasi fiskal untuk menghadapi gunung utang pemerintah daerah. Risiko pemerintah daerah dalam gagal bayar diharapkan bisa diimbangi dengan suku bunga yang lebih rendah. Beberapa sumber mengatakan penurunan suku bunga juga dipengaruhi oleh pembicaraan di KTT bulan ini dari kelompok negara G20.
Cina, yang akan menjadi tuan rumah KTT G20 pada tahun 2016, sangat ingin mempertahankan pengaruhnya sebagai penggerak utama pertumbuhan global. "China ingin memainkan peran yang lebih besar dalam G20 dan perlu untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang relatif cepat," kata Zhao Xijun, ekonom di Renmin University.