Rabu 19 Nov 2014 09:37 WIB

Venezuela Minta 'Opec dan Non-Opec' Bicarakan Penurunan Harga

Logo OPEC
Logo OPEC

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Venezuela telah meminta pertemuan OPEC dan negara-negara non-OPEC untuk mengatasi penurunan harga minyak, yang menambah kesengsaraan pemerintah Presiden Nicolas Maduro yang sedang kekurangan uang.

Dengan harga minyak mentah Brent kurang dari 80 dolar AS per barel, turun lebih dari 25 persen sejak Juni, Venezuela dan banyak produsen minyak utama lainnya merasa terjepit.

"Kami sudah mengkoordinasikan pertemuan khusus OPEC dan negara-negara non-OPEC untuk segera digelar guna mengambil keputusan dalam mempertahankan harga minyak dan pasar minyak dunia," kata Maduro dalam pidato televisi, Senin.

"Kami mempertahankan industri kami, minyak kami, hidup kami."

Venezuela bergantung pada ekspor minyak mentah untuk 96 persen dari mata uang asing, dan krisis harga telah menambah sakit kepala pemerintah yang sedang kesulitan menghentikan inflasi yang merajalela dan kekurangan parah pada pangan dan obat-obatan yang bergantung pada uang minyak untuk mengimpornya.

Venezuela dan Ekuador telah secara terbuka menyerukan OPEC, kartel penghasil minyak beranggotakan 12-negara, untuk melakukan pemotongan produksi dalam upaya menopang harga.

Tetapi sikap negara-negara OPEC terpecah tentang pengurangan produksi.

Arab Saudi, produsen utama dunia, telah mengurangi harga ekspor minyak mentah ke AS dalam sebuah langkah yang dilihat oleh beberapa analis sebagai upaya untuk mempertahankan pangsa pasarnya karena menghadapi persaingan dari meningkatnya produksi minyak serpih di Amerika Serikat.

"Booming" minyak yang diekstrak dari serpih batu di AS telah membantu menciptakan pasokan global membanjir dan harga lebih rendah.

Maduro mengatakan Menteri Luar Negeri Venezuela Rafael Ramirez sedang tur ke berbagai negara penghasil minyak, mendorong pemerintah mereka untuk mengambil tindakan guna menaikkan harga.

Tur termasuk ke Aljazair, Qatar, Iran dan anggota non-OPEC Rusia.

Maduro menyoroti Rusia, yang hubungannya dengan AS sangat genting atas krisis di Ukraina, mengumumkan rencananya untuk pertemuan.

Dia mengatakan ia telah mengambil langkah yang "karena hubungan yang luar biasa kami dengan Rusia dan semua negara-negara OPEC dan non-OPEC."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement