Selasa 18 Nov 2014 16:11 WIB

BBM Naik, Industri Perbankan Siap Jaga Kredit Macet

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Antrean kendaraan di sebuah SPBU di Jakarta, sebelum Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan BBM, Senin malam (17/11).
Foto: Prayogi/Republika
Antrean kendaraan di sebuah SPBU di Jakarta, sebelum Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan BBM, Senin malam (17/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Industri keuangan Indonesia dinilai sudah siap menghadapi kenaikan harga BBM. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan industri keuangan sudah mempersiapkan jauh-jauh hari terkait kenaikan BBM.

Jika nanti ada tekanan inflasi akibat kenaikan harga ini, menurutnya hanya bersifat sementara. Kenaikan inflasi hanya terjadi di bulan ketiga saja. Kenaikan BBM ini menurut dia juga tidak akan banyak berdampak pada kredit macet (NPL).

Tanpa ada kenaikan BBM pun sepanjang tahun ini pelemahan aktivitas ekonomi telah menjadi salah satu faktor kredit macet. Muliaman mengatakan dengan adanya perbaikan di sektor ekonomi, secara alami akan menurunkan kredit macet.

"Dengan sendirinya credit growth naik, NPL turun dengan sendirinya," ujar Muliaman, Selasa, (18/11).

Muliaman mengatakan pihaknya telah melakukan stress test terhadap industri keuangan dengan berbagai skenario ekstrem. Secara industri, ketahanan industri keuangan Indonesia cukup kuat meskipun kadang individu perusahaan juga luput mengantisipasi risiko. Namun, secara sistem masih cukup kuat.

Pada akhir triwulan III 2014, rasio kredit bermasalah berada di kisaran 2 persen. Kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih tinggi, sebesar 19,40 persen, jauh di atas ketentuan minimum 8 persen. Dari sisi fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit melambat menjadi 13,16 persen (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan di akhir triwulan II 2014 (17,2 persen yoy), sejalan dengan proses penyesuaian dalam perekonomian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement