Kamis 13 Nov 2014 15:46 WIB

Penurunan Harga Minyak tak Pengaruhi Investasi Migas di Indonesia

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ekplorasi migas
Ekplorasi migas

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Harga minyak mentah dunia di pasar dunia terus merosot. Penurunan harga minyak mentah ini terus terjadi sejak Juni 2014 lali.

Harga untuk patokan minyak mentah Brent terus menurun dari posisi di atas 112 dolar AS per barel pada Juni hingga menjadi di bawah 82 dolar AS pada perdagangan Rabu (13/11).

Sementara patokan harga minyak mentah di pasar AS untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate turun 0,8 persen menjadi 77,30 dolar AS per barel, dibandingkan posisi tertinggi pada Juni di 103,66 dolar AS per barel.

Menurut pelaksana tugas (plt) Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Johanes Widjonarko, penurunan harga minyak dunia akan berdampak langsung kepada iklim bisnis hulu migas. "Banyak hal yang akan berpengaruh, misalnya biaya operasi akan ikut turun karena harga bahannya juga turun," ujarnya di Denpasar, Bali, Rabu (13/11).

Kendati demikian, kata Widjonarko, penurunan harga minyak dunia tidak akan membuat minat investor untuk berinvestasi di sektor migas nasional akan turun. "Minat investasi tidak akan turun, tapi tentunya mereka akan berhitung apakah dengan harga sekian yang ditawarkan pasar akan bisa mencakup seluruh risiko investasi," paparnya.

Disamping risiko investasi, lanjut Widjonarko, perusahaan migas juga akan melihat potensi cadangan minyak yang ada. "Kalau bicara investasi di minyak tentunya kita bicara bagaimana kondisi geologi kita, apakah reservenya mendukung. Kalau ternyata potensi cadangan minyaknya tidak ada, maka potensi investor untuk masuk ke wilayah itu juga tidak ada," tambahnya.

Dengan harga minyak mentah yang jatuh ke posisi di bawah 85 dolar AS per barel, menurut Widjonarko, masih menarik dari sisi investasi. Saat ini biaya operasi maksimal industri migas di Indonesia mencapai 30 persen dari gross revenue.

"Harga minyak saat ini masih ekonomis dengan biaya produksi karena itu hanya mengurangi mengurangi keuntungan," ujarnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement