Rabu 12 Nov 2014 16:52 WIB

Ini Penyebab Sukuk Korporasi Kurang Diminati

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Direktur Pembiayaan Syariah Kemenkeu Dahlan Siamat (kiri) bersama Badan Pelaksana Harian Bidang Pasar Modal & Program DSN MUI Muhammad Gunawan Yasni (kanan) menjadi pembicara dalam Seminar
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Direktur Pembiayaan Syariah Kemenkeu Dahlan Siamat (kiri) bersama Badan Pelaksana Harian Bidang Pasar Modal & Program DSN MUI Muhammad Gunawan Yasni (kanan) menjadi pembicara dalam Seminar "Pengembangan Sukuk Global", Jakarta, Senin (14/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah sukuk korporasi yang beredar masih kecil dibandingkan obligasi. Faktor likuiditas dan edukasi investor kerap jadi soal.

Anggota Dewan Syariah Nasional dan Praktisi Ekonomi Syariah Gunawan Yasni mengakui sukuk korporasi memang stagnan. Ini berbeda dengan sukuk negara yang tumbuh cukup baik bahkan lebih baik dari Malaysia.

Gunawan memprediksi masalah edukasi jadi ganjalan masih sedikitnya peminat sukuk. Jika Malaysia berani memberi insentif  kepada perusahaan yang mengeluarkan sukuk, Indonesia belum.  Padahal perlakukan terhadap dua institusi berbeda harusnya juga  berbeda.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan sukuk muncul setelah obligasi, sehingga memang butuh waktu untuk tumbuh. Ia melihat ini masalah waktu saja sampai sukuk bisa dipahami masyarakat.

jika dilihat dari penerbit korporat, obligasi korporasi juga masih  lebih rendah dari obligasi pemerintah. Obligasi  pemerintah pun lebih banyak dipegang asing. Asing belum terlalu  mau memegang obligasi korporasi.

Menurutnya, penyebabnya bisa beberapa hal, termasuk pasar yang kecil sehingga likuiditasnya pun tidak besar. Dengan begitu investor asing pun berpikir ulang saat akan masuk.

''Jadi memang harus didorong agar jumlah obligasi dan sukuk lebih banyak. Saat asing tidak masuk di sana, investor domestik yang mengambil alih,'' ungkap Nurhaida.

Pertumbuhan mengungkapkan pertumbuhan sukuk cukup baik sekitar 10 persen meski nilainya masih kecil.

Investor asing kurang tertarik memegang sukuk dan obligasi korporasi juga karena perbedaan perpajakannya. OJK sudah  mengindentifikasi dan coba merumuskan apa yang bisa membuat  kedua instrumen itu lebih menarik.

Di laman BEI, hingga kuartal ke tiga 2014 sukuk korporasi ijarah  diterbitkan 11 penerbit. Jumlah sukuk sudah terbit 18 yang terbit  dan 23 seri dengan nilai Rp 4,145 triliun.

Sukuk mudharabah sudah diterbitkan lima korporasi. Total sukuk  yang sudah terbit enam yang terdiri atas ada tujuh seri dengan  nilai Rp 1,013 triliun.

Sukuk mudharabah subordinate hanya diterbitkan satu korporasi.  Total sukuk yang sudah ada dua yang terdiri dari dua seri dengan  nilai Rp 1,500 triliun

Sementara obligasi korporasi dalam rupiah sudah diterbitkan 102  penerbit. Total obligasi terbit 205 dari 321 seri dengan nilai Rp  187.789  triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement