Rabu 12 Nov 2014 11:00 WIB

Indonesia Dorong AS Tingkatkan Investasi 61 Miliar Dolar dalam Lima Tahun Mendatang

Rep: C85/ Red: Julkifli Marbun
Investasi
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Investasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintahan baru Jokowi mendorong Amerika Serikat meningkatkan nilai investasinya sebesar 61 miliar dolar AS dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Dalam pertemuan yang digelar oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal ini, para pelaku bisnis dan investor AS bertatap muka dengan stake holder di Indonesia termasuk beberapa menteri Kabinet Kerja.

Dalam sambutannya, Kepala BKPM Himawan Ariyoga menyatakan bahwa target angka 61 miliar dolar AS dalam lima tahun dianggap beralasan, mengingat nilai investasi AS-Indonesia selama 2004-2012 senilai 65 miliar dolar AS.

Hal ini juga arjalan dengan target Presiden Joko Widodo untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7 persen per tahun pada 2018 mendatang. Belakangan, pertumbuhan GDP Indonesia telah menurun ke angka 5,1 persen pada kuartal terakhir 2014. Untuk itu, menurut Himawan, Indonesia perlu menarik lebih banyak investasi untuk merealisasikan target pertumbuhan ekonomi 7persen.

Abdurrahman Muhammad Fachir selaku Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia juga menyatakan bahwa Indonesia sangat terbuka untuk menjalin kerjasama dengan AS. "Kami mengajak AS untuk berinvestasi dalam project infrastruktur. AS juga kembali mengajak Indonesia untuk membangun energi yang bersih," jelas Fachir dalam sambutannya. 

Untuk mendukung kerjasama yang baik antara AS dan Indonesia, pertemuan ini merangkum tiga poin rekomendasi untuk pemerintah Indonesia. Poin pertama adalah keinginan untuk meningkatkan komunikasi antara pemerintah dan pelaku bisnis guna membahas berbagai masalah yang berhubungan dengan kebijakan. Kedua adalah himbauan untuk menghormati status hukum kontrak yang berlaku dan kepastian hukum. Poin terakhir adalah perlunya upaya untuk memastikan kemudahan dalam melakukan bisnis berkaitan dengan perijinan, infrastruktur, dan prosedur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement