Rabu 05 Nov 2014 01:46 WIB

'Jembatan Selat Sunda Batal juga tak apa, Asal...'

Rep: C88/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Proyek jalan tol (ilustrasi)
Foto: Republika
Proyek jalan tol (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Pembatalan proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) harus diimbangi dengan kebijakan lain yang dapat meningkatkan kemudahan akses antara Jawa dan Sumatera. Hal ini dikarenakan arus lalu lintas Merak-Bakaheuni yang kian padat sehingga memerlukan sistem transportasi yang lebih efisien.

Pengamat infrastruktur Universitas Indonesia Wicaksono Adi mengungkapkan, pemerintah Jokowi perlu menambah armada kapal yang menghubungkan kedua pulau tersebut. Di samping itu penambahan dermaga mendesak dilakukan mengingat dermaga yang kini tersedia tak lagi mencukupi.

"Untuk menyeberang Selat Sunda sejauh 30 kilometer menggunakan angkutan laut membutuhkan waktu tiga jam, ini tidak efisien dari sisi infrastruktur dan logistik," kata Wicaksono saat dihubungi Republika, Selasa (4/11).

Menurut Wicak, tingginya aktivitas ekonomi antara Jawa dan Sumatera menuntut sistem transportasi yang memadai. Waktu tempuh yang lebih singkat antara Merak dan Bakaheuni diyakini dapat meningkatkan nilai transaksi perdagangan. Muaranya, lanjut Wicak, adalah peningkatan GDP.

Oleh karenanya ia berharap pemerintah dapat melahirkan kebijakan yang mendorong terciptanya dukungan perbankan terhadap sektor logistik. "Kredit investasi bank perlu ditinjau ulang karena selama ini yang banyak distimulasi bank mayoritas sektor perkebunan dan pertambangan," tegasnya.

Dengan adanya instrumen kebijakan yang mendorong kredit di bidang logistik, maka pengadaan kapal dan pembangunan dermaga di Selat Sunda dapat segera direalisasikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement